Edisi HALAL BI HALAL No. 0003 Tgl 19 Syawal 1437 H/ 24 Juli 2016 M
Imam An Nawawi
menjelaskan.
قال العلماء: التوبة واجبة من كل
ذنب، فإن كانت المعصية بين العبد وبين الله تعالى لا تتعلق بحق آدمى، فلها ثلاثة شروط: أحدها : أن يقلع
عن المعصية. والثانى: أن يندم على فعلها. والثالث: أن يعزم أن لا يعود إليها
أبداً. فإن فُقد أحد الثلاثة لم تصح توبته.وإن كانت المعصية تتعلق بآدمى فشروطها أربعة: هذه
الثلاثة، وأن يبرأ من حق صاحبها،فإن كانت مالاً أو نحوه رده إليه، وإن كانت حد قذف
ونحوه مكنه منه أو طلب عفوه، وإن كانت غيبة استحله منها
Para alim-ulama berkata: "Mengerjakan
taubat itu hukumnya wajib dari segala macam dosa. Jikalau kemaksiatan itu
terjadi antara seseorang hamba dan antara Allah Ta'ala saja, yakni tidak ada
hubungannya dengan hak seseorang manusia yang lain, maka untuk bertaubat itu
harus menetapi tiga macam syarat, yaitu:
Pertama hendaklah menghentikan sama sekali-seketika itu juga -dari
kemaksiatan yang dilakukan,
kedua ialah supaya merasa menyesal kerana telah melakukan
kemaksiatan tadi dan
ketiga supaya berniat tidak akan kembali mengulangi perbuatan
maksiat itu untuk selama-lamanya.
Jikalau salah satu dari tiga
syarat tersebut di atas itu ada yang ketinggalan maka tidak sahlah taubatnya.
Apabila kemaksiatan itu ada hubungannya dengan sesama manusia, maka
syarat-syaratnya itu ada empat macam, yaitu tiga syarat yang tersebut di atas dan
keempatnya ialah supaya melepaskan tanggungan itu dari hak
kawannya. Maka jikalau tanggungan itu berupa harta atau yang semisal dengan
itu, maka wajiblah mengembalikannya kepada yang berhak tadi, jikalau berupa
dakwaan zina atau yang semisal dengan itu, maka hendaklah mencabut dakwaan tadi
dari orang yang didakwakan atau meminta saja pengampunan darinya dan jikalau
merupakan gunjingan, maka hendaklah ia meminta penghalalan yakni maaf dari gunjingannya
itu kepada orang yang digunjing olehnya. (Riyadus Solihin Bab Taubat
halaman 12)
Meminta halal dari suatu kedaliman yang pernah dilakukan kepada
orang lain adalah salah satu syarat agar dosa dihapuskan dan tidak ada lagi
tuntutan diakhirat kelak. Sebagimana sabda Nabi SAW :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ
أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ
وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ
وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Siapa yang pernah berbuat aniaya (zhalim) terhadap
kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya
(maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak
bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka (nanti pada hari
qiyamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya sebanyak
kezholimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan
saudaranya yang dizholiminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya ".(HR
Bukhori kitab perbuatan-perbuatan dzalim dan merampok bab jika seseorang
mempunyai kedzaliman kepada saudaranya lalu ia meminta halal apakah harus
menjelaskan apa kedzalimannya ? no 2269, 6053 dan Ahmad no. 9242, 10169)
Setiap Manusia memiliki kesalahan
Manusia diatas dunia ini tidak ada yang
selalu bersih dari dosa dan kesalahan. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ فَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ
التَّوَّابُونَ وَلَوْ أَنَّ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَيْنِ مِنْ مَالٍ لَابْتَغَى لَهُمَا
ثَالِثًا وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ
“dari Anas berkata,
Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Setiap anak Adam pasti
bersalah dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat, jikalau
manusia memiliki dua lembah harta niscaya dia rakus mencari yang ketiga dan
tidak ada yang bisa memenuhi perut manusia kecuali tanah".(HR. Ahmad no. 12576, HR Turmudzi Kitab sifat
qiyamat, penggugah hati dan wara’ no.2423/2499 dalam cetakan DKI : Hadis hasan dan Ibnu Majah no. 4241 dan HR Ad Darimi Kitab Budak
Bab Taubat no.2611, Husain Salim Adad Ad Daroni mengatakan Isnadnya hasan)
Oleh karena itu kita dianjurkan Oleh Allah
SWT dan Rasulullah SAW untuk meminta maaf dan memberi maaf dari kesalahan dan
dosa dan bertaubat kepada Allah. Allah SWT berfirman :
قُلْ يَا
عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ
اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ
الرَّحِيمُ * وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ
يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لا تُنْصَرُونَ
“Katakanlah: "Hai
hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan
kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang
azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).(QS. Az Zumar : 53-54)
Allah SWT juga berfirman di
dalam surat Ali ‘Imran : 135-136
وَالَّذِينَ
إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ
فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا اللَّهُ وَلَمْ
يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ * أُولَئِكَ
جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
“Dan (juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat
akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah
ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai,
sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang
beramal. (QS. Ali ‘Imran : 135-136).
Belajar
dan mencontoh Akhlak Rasulullah SAW
Allah SWT berfirman :
فَبِمَا
رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ
لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ
فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya”(QS. Ali ‘Imran : 159)
Itulah gambaran akhlak
Rasulullah SAW yang patut kita contoh, dimana beliau mendapatkan bimbingan dari
Allah SWt berupa Rasa Kasih sayang dan mudah
memaafkan.
Saling
Memaafkan Adalah Karakter Orang Yang bertaqwa
الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan.(QS. Ali ‘Imran : 137)
Belajar Dari Nabi Ya’qub AS
Ketinggian akhlak inipun
dicontohkan oleh Nabi Ya’qub ketika memaafkan sudara-saudaranya Nabi Yusuf AS.
ketika sudah mengakui kesalahannya dan meminta maaf.
قَالُوا
يَا أَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا إِنَّا كُنَّا خَاطِئِينَ* قَالَ سَوْفَ
أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Mereka berkata: "Wahai ayah kami, mohonkanlah
ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang bersalah (berdosa)". Ya'qub berkata: "Aku akan memohonkan ampun
bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang".(QS. Yusuf : 97-98)
Belajar
Dari Nabi Yusuf AS
Begitu pula putra Nabi Ya’qub
yaitu Nabi Yusuf AS, Juga memaafkan Saudara-saudaranya ketika mereka meminta maaf.
Allah mengabadikannya di dalam Al Qur’an.
قَالُوا
تَاللَّهِ لَقَدْ آثَرَكَ اللَّهُ عَلَيْنَا وَإِنْ كُنَّا لَخَاطِئِينَ * قَالَ لا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ
وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Mereka berkata: "Demi
Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami, dan sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)". Dia (Yusuf) berkata:
"Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah
mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para
penyayang."(QS. Yusuf : 91-92)
Meminta maaf dan memberi maaf
serta saling memaafkan adalah ajaran Al Quran dan ajaran para Nabi oleh Karena
itu harus kita contoh dan kita laksanakan dan alhamdulillah hal ini sudah
menjadi tradisi di Indonesia mudah-mudahan generasi berikutnya tetap bisa
menjaga dan melestarikannya.
Saling memaafkan atas segala kesalahan adalah jaran Islam
yang mulia bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun apalagi ketika suasana hari
raya idul Fitri. Oleh karena
itu kebiasaan orang Indonesia yang mengucapkan kata “ Mohon Maaf Lahir Batin”
Ketika hari raya Idul Fitri adalah baik.
Bogor,
24 Juli 2016 oleh : Mukhalip (Muhammad Muallip)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar