Munculnya gerakan syiah di Indonesia
merupakan sebuah fenomena yang sebenarnya tidak begitu asing bagi yang mau
mengkaji tentang sejarah munculnya syi’ah di Indonesia. Namun keberadaannya
selama ini laksana clandestine atau gerakan bawah tanah yang
memang secara formal tidak menampakkan jati dirinya yang sebenarnya, walaupun
bagi yang memperhatikan dan mengikuti perkembangannya mungkin akan Nampak
jelas. Namun sudah menjadi suatu keniscayaan bagi sebuah gerakan yang ingin diterima
dalam suatu masyarakat maka dia harus menghindari singgungan dan konflik dengan
masyarakat jika ajarannya bertentangan dengan yang di anut sebagian besar
masyarakat. Apalagi jika itu akan didakwahkan kepada masyarakat.
Kalau kita kaji berbagai kelompok di
dalam syiah memang akan kita temukan banyak sekali sekte-sekte yang memiliki
keyakinan yang berbeda di dalam tubuh Syiah sendiri. Namun secara garis besar
jika dilihat dari kaca mata Sunni, saya mengklasifikasikannya ada yang Syiah moderat
ada yang Syiah ekstrim. Yang moderat adalah mereka yang memiliki doktrin dan
keyakinan yang tidak jauh berbeda dengan Sunni, sedangkan Syiah ekstrim inilah
yang doktrin-doktrinnya sangat bertentangan dengan keyakinan kaum Sunni.
Namun sepanjang kajian saya terhadap
referensi-referensi yang meneliti tentang Syiah dari sumbernya langsung,
mayoritas tokoh-tokoh puncak Syiah masih mencantumkan dalam kitab-kitab mereka
doktrin dan pemikiran ekstrim yang bertentangan dengan Ahlussunah. Termasuk sampai
tokoh terkininya seperti Ayatullah Khumaeni dan pengikut-pengikutnya di Iran masih
tetap merujuk kepada doktrin-doktrin Syiah ekstrim klasik. Hal ini sudah banyak
diungkap oleh para peneliti dan ulama, dimana mereka masih mengutip kitab-kitab
Syiah ekstrim dan menyebarkan doa-doa yang melaknat Abu Bakar, Umar dan Usman.
Doktrin-doktrin ekstrim mereka di
antaranya adalah pengingkaran terhadap kekhalifahan Abu bakar, Umar dan Usman bahkan
mereka menyebutnya berhala-berhala Qurasiy padahal dalam fakta dan sejarah
merekalah bertiga yang memimpin ummat Islam sehingga mampu melebarkan kekuasaan
Ummat Islam sampai luas dan itulah yang diyakini kaum Sunni.
Tidak cukup sampai disitu Syiah juga
menganggap kafir sebagian besar sahabat karena memang merupakan fakta dan
sejarah bahwa semua sahabat mendukung kepemimpinan Abu Bakar, Umar dan Usman, kecuali
4 orang sahabat saja yang mereka anggap mendukung Syiah. Inilah doktrin yang
sangat berlawanan dengan Sunni. Sehingga dengan berbagai upaya, mereka melakukan dan menghalalkan segala cara untuk
mendukung doktrin-doktrinnya termasuk membuat riwayat-riwayat dan hadis-hadis
palsu sesuai versi mereka termasuk tafsir dan takwil bathil terhadap Al Qur’an.
Tidak cukup sampai disitu mereka juga
berani punya keyakinan yang berbeda dengan mayoritas sahabat yaitu adanya perubahan
dalam Al Qur’an demi mendukung keyakinan Imamah mereka, bahwa mereka punya
mushaf sendiri yang tersembunyi, lalu ada surat wilayah yang tidak tercantum, ada
ayat-ayat Al Qur’an yang dibuang, dan lain-lain, bukti-bukti tentang keyakinan
syiah ini sudah banyak diungkap oleh banyak ulama dan ilmuan walaupun sebagian
syiah ada yang menolak atau memang karena sedang bertaqiyah Wallahua’lam.
Disisi lain mereka sampai menuhankan Ali
dan Juga-Imam-Imam mereka yang dianggap maksum. mereka juga memiliki keyakinan Raj'ah (Reinkarnasi) dan bada'(mengetahui hal-hal ghaib), Suatu Keyakinan yang bertentangan
dengan rasio dan pemahaman manusia yang menggunakan akal yang lurus. Itulah keyakinan-keyakinan yang mereka bangun
yang bertentangan dengan keyakinan Ahlussunah Wal jama’ah bahkan keyakinan
Nabi, Para Sahabat dan sebagian besar Ummat Islam yang lurus.
Dalam penelitian sejarah paham yang di
anut oleh Syiah ekstrim sebenarnya muncul dari inviltrasi atau
penyusupan musuh-musuh Islam yang menyandarkan riwayat-riwayat dusta mereka
kepada Sahabat Ali bin Abi Thalib Karramallahuwajhah dan ahlul
bait termasuk imam-imam mereka. Tokohnya adalah Abdullah Bin Saba' Yahudi yang pura-pura masuk Islam akhirya dihukum oleh Khalifah Ali.Padahal sahabat Ali bin Abi Thalib dan
ahlul bait adalah suci dan bersih dari dusta-dusta itu.
Faham-faham inilah yang sebenarnya tidak hanya menyebabkan permusuhan kaum Sunni, namun jika dibiarkan akan menghancurkan Islam itu sendiri. Justru sebenarnya eksistensi mereka lebih berbahaya dibandingkan non muslim, jika orang non muslim mereka jelas-jelas berbeda dengan Islam, akan tetapi Syiah ekstrim, mereka masih meyakini sebagai muslim akan tetapi sebenarnya mereka mencoba membangun rumah sendiri yang memiliki pondasi dan bangunan yang berbeda dengan bangunan Islam yang dibangun Rasulullah SAW dan para sahabatnya serta berusaha merobohkan bangunan Islam.
Faham-faham inilah yang sebenarnya tidak hanya menyebabkan permusuhan kaum Sunni, namun jika dibiarkan akan menghancurkan Islam itu sendiri. Justru sebenarnya eksistensi mereka lebih berbahaya dibandingkan non muslim, jika orang non muslim mereka jelas-jelas berbeda dengan Islam, akan tetapi Syiah ekstrim, mereka masih meyakini sebagai muslim akan tetapi sebenarnya mereka mencoba membangun rumah sendiri yang memiliki pondasi dan bangunan yang berbeda dengan bangunan Islam yang dibangun Rasulullah SAW dan para sahabatnya serta berusaha merobohkan bangunan Islam.
Bagi syiah ekstrim yang memiliki doktrin Taqiyah
tentunya akan lebih mudah untuk mengelabui sebagian masyarakat Indonesia yang
Mayoritas Islam Ahlussunnah Wal jama’ah. Dalam tataran awal tentunya mereka
akan tampil seolah-olah tidak berbeda dan
bahkan tidak kontradiksi dengan Ahlussunnah, namun dalam kondisi tertentu
ternyata akan terkuak juga dan muncul kepermukaan apa yang menjadi doktrin
syiah yang sebenarnya yang tentunya sangat berlawanan dengan apa yang diyakini
Ummat Islam Indonesia yang berfaham Ahlussuunah Waljama’ah.
Perbedan doktrin dan keyakinan antara
Sunni dan Syiah khususnya syiah ekstrim inilah yang jika bersinggungan dalam
suatu masyarakat akan menyebabkan konflik.
Apa yag terjadi di sampang di antarnya
adalah merupakan hasil dari persinggungan dua keyakinan yang berbeda itu. Kita
tahu bahwa masyarakat Indonesia Mayoritas adalah Islam Ahlususuunah, ketika
muncul orang yang mencoba mendakwahkan suatu faham yang bertolak belakang
dengan keyakinan yang selama ini dianut tentunya akan timbul reaksi dan reaksi
itulah yang menyebabkan konflik
Untuk syiah moderat jika memang itu masih
ada, maka itulah sebenarnya yang masih menjadi harapan akan adanya titik temu
antara Ahlusuunah dan Syiah dan mungkin inilah yang dicoba untuk diwujudkan
oleh sebagian tokoh-tokoh dan para ulama baik dari kalangan Syiah maupun Sunni.
Dan ini juga yang mungkin coba dilakukan oleh bapak Prof. DR. Quraisy Sihab, MA
dengan bukunya : Sunni-Syiah bergandengan tangan mungkinkah? Walaupun buku ini
juga banyak mendapat tanggapan dari berbagai pihak dan kesimpulan yang
dikemukakan buku tersebut memang berbeda dengan peneliti-peneliti lain seperti
DR. Ihsan Ilahi Dzahir, DR. Abdul Mun’im Al Nimr atau Prof. DR. Ali Ahmad As
Salus dan lain-lain.
Namun jika yang dilakukan oleh mereka
yang dianggap Syiah moderat adalah sebuah usaha untuk memberikan tafsir
dzahir ketika berhubungan dengan kaum Ahlussunah, namun mereka tetap
memiliki tafsir Bathin ketika hanya dikalangan mereka maka itu
merupakan setandar ganda kaum Syiah atau lebih tepat disebut kemunafikan yang
patut diwaspadai.
Atau jika yang dilakukan mereka hanya
sebuah upaya manipulasi dan kepura-puraan dengan tetap berpegang dengan doktrin taqiyahnnya dan
menunggu kesempatan serta menunggu munculnya Imam Mahdi yang akan membawa
mushaf Fatimah dan mengungkap kebenaran dan membalas orang-orang yang memusuhi
Syiah menurut versi mereka, maka kondisi ini merupakan sesuatu yang juga patut
untuk selalu diwaspadai oleh Ummat Islam Indonesia sehingga kedepannya bisa
diantisipasi akan timbulnya konfik yang berkepanjangan.
Mudah-mudahan bisa dicari solusi
penyelesaian yang lebih baik tentunya dengan tidak menyalakan korek api di
tempat bensin artinya tidak perlu bersusah-susah mesyiahkan orang Indonesia
yang sudah memiliki paham Ahlussunnah, namun hormatilah kondisi mereka. Kalau
perlu terus lakukan dialog secara rasional dengan kedua belah pihak sehingga
kebenaran akan Nampak dan kebodohan serta kebohongan suatu paham akan terkuat
sehingga masyarakat semakin cerdas. Wallahu a’lam bis sowab.
(ditulis disela-sela membaca bukunya DR.
Abdul Mun’in Al Nimr tentang : Syiah, Imam Mahdi dan Duruz)
Ciputat, 15 September 2012
Muhammad Muallif Al Jawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar