Setelah selesai Shalat sebagian ummat
Islam di Indonesia biasanya sering kali mengajak bersalaman atau berjabat tangan, ada yang shalat
sunah dulu kemudian setelah selesai ada yang mengajak bersalaman dengan yang
ada disampingnya, kemudian shalat berjama’ah dan setelah selesaipun ada yang masih
mengajak bersalaman, dan sehabis shalatpun ada yang membiasakan untuk selalu
bersalaman semua jama’ah dengan imam . karena ketika shalat berjama’ah di
masjid biasanya para jama’ah berdatangan kemasjid sehingga mereka setiap waktu shalat
bisa bertemu lagi di masjid dan saling menyapa, apalagi jika jama’ahnya orang
yang Cuma mampir.
Terkadang ada yang biasa merespon dan
menyambut ajakan salaman, ada yang tidak pernah mengajak bersalaman namun
ketika di ajak bersalaman tidak menolak, ada juga yang tidak mengajak
bersalaman dan tidak mau menyambut bersalaman. Dan juga ada yang memang anti
bersalaman malah sampai memerangi
praktek bersalaman selesai shalat dengan menganggapnya bid’ah.
Kasus-kasus di atas agak mengusik saya
untuk menelaah beberapa rujukan khususnya yang menjadi imamnya gerakan BKS (Bid’ah,
kufur dan syirik). Saya coba buka kitabnya Ibnu Taimiyah ternyata beliau
memiliki kesimpulan sebagai berikut :
وَسُئِلَ :عَنْ الْمُصَافَحَةِ عَقِيبَ
الصَّلَاةِ : هَلْ هِيَ سُنَّةٌ أَمْ لَا ؟ .فَأَجَابَ :الْحَمْدُ لِلَّهِ ،
الْمُصَافَحَةُ عَقِيبَ الصَّلَاةِ لَيْسَتْ مَسْنُونَةً بَلْ هِيَ بِدْعَةٌ
وَاَللَّهُ أَعْلَمُ- .
مجموع الفتاوى - (23 / 339(
“beliau ditanya tentang bersalaman
sehabis shalat : apakah termasuk sunah atau bukan ? kemudian beliau menjawab :
segala puji bagi Allah, bersalaman setelah shalat bukanlah disunahkn namun itu
adalah bid’ah, Allah maha mengetahui.”
Kemungkinan pendapat Ibnu Taimiyah inilah
yang menjadi salah satu Rujukan bagi yang anti salaman setelah shalat. Pendapat
Ibnu Taimiyah ini pernah saya beritahukan kepada salah satu teman, namun
jawaban dia : “ itu Cuma fatwa kan ? saya jawab ya. Pernah juga saya beritahukan
kepada teman yang lain : kemudian jawabannya : kalau Islam hanya mengikuti
pendapat Ibnu Taimiyah ya sempit. Namun jawaban-jawaban itu tidak saya
perpanjang.
Kemudian saya mencoba untuk membuka
kitab-kitab yang lain khusunya dalam kalangan Madzhab Syafi’I yaitu kitabnya
Imam An Nawawi Al Majmu’ Syarah Al Muhadzab, ternyata beliau membahas secara
khusus fasal tentang Mushafahah. Inilah penjelasan beliau.
(الفصل
الخامس) في المصافحة والمعانقة والتقبيل ونحوها وفيه مسائل
(إحداها) المصافحة سنة عند التلاقي للاحاديث الصحيحة
وإجماع الائمة عن
قتادة قال " قلت لانس أكانت المصافحة في أصحاب رسول الله صلي الله عليه وسلم قال
نعم " رواه البخاري وعن كعب بن مالك ان طلحة بن عبيدالله قام إليه فصافحه بحضرة
النبي صلي الله عليه وسلم " رواه البخاري ومسلم
وفي سنن ابى داود والترمذي
عن البراء قال " قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ما من مسلمين يتلاقيان فيتصافحان
الا غفر لهما قبل أن يتفرقا وعن انس قال قال رجل " يا رسول الله الرجل منا يلقي
أخاه أو صديقه أينحني له قال لا قال افيلتزمه ويقبله قال لا قال أفيأخذ بيده ويصافحه
قال نعم " رواه الترمذي وقال حديث حسن
وتسن
المصافحة عند كل لقاء وأما ما اعتاده الناس من المصافحة بعد صلاتي الصبح والعصر فلا
أصل له في الشرع علي هذا الوجه ولكن
لا بأس به فان أصل المصافحة سنة وكونهم خصوها ببعض الاحوال وفرطوا في اكثرها لا
يخرج ذلك البعض عن كونه مشروعة فيه وقد سبق بيان هذه القاعدة في آخر صفة الصلاة ويستحب مع المصافحة بشاشة الوجه لقوله صلي الله عليه وسلم " لا يحقرن من
المعروف شيئا ولو أن تلقى أخاك بوجه طليق " رواه مسلم من رواية أبى ذر رضي
الله عنه وفيه أحاديث كثيرة وينبغي أن يحذر من مصافحة الامرد الحسن فان النظر إليه
من غير حاجة حرام علي الصحيح المنصوص وبه قطع المصنف في أول كتاب النكاح وقد قال
أصحابنا كل من حرم النظر إليه حرم مسه وقد يحل النظر مع تحريم المس فانه يحل النظر
إلى الاجنبية في البيع والشراء والاخذ والعطاء ونحوها ولا يجوز مسها في شئ من ذلك
(الثانية) يكره حتي الظهر
في كل حال لكل أحد لحديث انس السابق في المسألة الاولي وقوله اننحنى قال لا ولا
معارض له ولا تغتر بكثرة من يفعله ممن ينسب إلي علم أو صلاح ونحوهما
(الثالثة) المختار
استحباب اكرام الداخل بالقيام له إن كان فيه فضيلة ظاهرة من علم أو صلاح أو شرف أو
ولاية مع صيانة أوله حرمة بولاية أو نحوها ويكون هذا القيام للاكرام لا للرياء
والاعظام وعلي هذا استمر عمل السلف للامة وخلفها وقد جمعت في هذا جزءا مستقلا جمعت فيه الاحاديث والآثار
وأقوال السلف وأفعالهم الدالة على ما ذكرته وذكرت فيه ما خالفها وأوضحت الجواب
عنها - المجموع شرح المهذب
- (4 / 633)
Fashal kelima tentang Mushafahah (bersalaman)………
Pertama : Bersalaman adalah sunah
ketika bertemu berdasarkan hadis-hadis Sahih dan Ijma’ para Imam dari Qatadah……(sampai
keterangan hadis-hadis berikutnya )…
Dan disunnahkan bersalaman ketika
setiap bertemu, adapun apa yang biasa dilakukan manusia yaitu bersalaman
sehabis shalat Subuh dan Ashar merupakan sesuatu yang tidak memiliki landasan
di dalam syari’at pada konteks ini, akan tetapi itu tidak masalah. Maka
sesungguhnya dasar bersalaman adalah sunah, dan ketika mereka mengkhususkan
dalam sebagian keadaan dan berlebihan dalam sebagian besar keadaan yang lain,
hal itu tidak mengeluarkan sebagian kedaan itu dari adanya hal itu sesuatu yang
disyari’atkan. Qaidah ini sudah dijelaskan diakhir bab sifatus shalat…….
(sampai keterangan selanjutnya…..)…
Itulah penjelasan dan pendapat Imam
An nawawi, yang mungkin menjadi rujukan sebagian ummat Islam Indonesia, kalau di bandingkan dengan fatwanya Ibnu Taimiyah akan sangat jauh cara berfikir dan metodolgi Imam Nawawi dalam memandang permasalahan Ijtihad, serta dalam menggali hukum dari
dalil-dalil Umum. Silahkan di fahami dan di analisa.
Saya tidak akan mentarjih
salah satu pendapat dengan membatalkan pendapat yang lain karena kapasitas saya
bukan seorang ulama apalagi Mujtahid. Saya hanya bisa memilih salah satu
pendapat untuk kepentingan pribadi namun tidak dalam kapasitas menarik
kesimpulan untuk dipaksakan kepada Ummat. Demikian mudah-mudahan bermanfaat.
Ciputat, 6 /09/2012
Muhammad Muallif Al jawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar