Memasuki bulan Sya’ban mengingatkanku
kembali akan dekatnya bulan Ramadhan, rasanya belum lama Ramadhan tahun
kemarin, betapa cepatnya waktu berlalu tanpa terasa, maka sungguh sangat merugi
diriku jika hanya melewatkan untuk sesuatu hal yang tidak memberi guna bagi
kehidupanku diakhir nanti yaitu kehidupan akhirat.
Demi untuk mengintip keutamaan setiap
bulan, maka Sya’ban tentunya memiliki keutamaan
amal ibadah yang secara khusus dilaksanakan di bulan ini. Akupun mencoba untuk
menelaah tentang kajian ini. Karena saya yakin masyarakat muslimpun demikian, Namun
biasanya ada juga yang lebih menjadi perhatian sebagian masyarakat yaitu
tentang nisfu Sya’ban atau pertengahan bulan Sya’ban. Sehingga tak ketinggalan
salah satu jama’ah pun ketika memasuki malam nisfu Sya’ban meminta untuk di
bahas tentang Nisfu Sya’ban. Dan sempat mengikuti dengan seksama Dalam acara
Suara Anak Negeri di Jak TV dengan Narasumber KH. Syarif Rahmat RA, SQ, MA
dengan tema keutamaan Nisfu Sya’ban, dalam segmen komentar dari pemirsa, terlontar
sebuah komentar dari sebagian pemirsa yang mengatakan :” setahu saya tidak ada
hadis yang menjelaskan secara khusus
tentang keutamaan Nisfu Sya’ban. Dan dalam kesempatan lain setelah
selesai berjama’ah sholat ‘Isya
tiba-tiba sahabat kami Ustadz Ahmad Tahmid bertanya dan akhirnya mampir kerumah
untuk mendiskusikan tentang bulan Sya’ban dan Nisfu Sya’ban, dan saya sampaikan
sebenarnya saya juga sudah mulai menulis catatan-catatan tentang sya’ban dan Nishfu
Sya’ban namun belum rampung.
Tulisan ini sebenarnya sudah dimulai dari
awal-awal bulan Sya’ban, namun karena penelitiannya agak panjang dan kesempatan
yang kurang difokuskan sehingga sampai melewati Nisfu Sya’ban pun belum dapat
kami selesaikan. Inilah catatan-catatan ringkasnya.
KEUTAMAAN PUASA DI BULAN SYA’BAN
Hadis- hadis yang menjelaskan tentang
keutamaan puasa Sya’ban di antaranya apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dalam kitab puasa bab Puasa Sya’ban.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا
مَالِكٌ عَنْ أَبِي النَّضْرِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا
قَالَتْ كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ
حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ
صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
“Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah
bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Abu An-Nadhar dari Abu
Salamah dari 'Aisyah radliallahu 'anha berkata: "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam sedemikian sering melaksanakan shaum hingga kami mengatakan
seolah-olah beliau tidak pernah berbuka (tidak shaum), namun beliau juga sering
tidak shaum sehingga kami mengatakan seolah-olah Beliau tidak pernah shaum. Dan
aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyempurnakan
puasa selama sebulan penuh kecuali puasa Ramadhan dan aku tidak pernah melihat
Beliau paling banyak melaksanakan puasa (sunnat) kecuali di bulan Sya'ban"(HR.
Bukhari)
حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ فَضَالَةَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ
عَنْ يَحْيَى عَنْ أَبِي سَلَمَةَ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا حَدَّثَتْهُ
قَالَتْ لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ فَإِنَّهُ
كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ وَكَانَ يَقُولُ خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ
فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا وَأَحَبُّ الصَّلَاةِ إِلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّتْ وَكَانَ إِذَا
صَلَّى صَلَاةً دَاوَمَ عَلَيْهَا
“Telah menceritakan kepada kami Mu'adz
bin Fadhalah telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Yahya dari Abu Salamah
bahwa 'Aisyah radliallahu 'anha menceritakan kepadanya, katanya: "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah melaksanakan shaum lebih banyak dalam
sebulan selain bulan Sya'ban, yang Beliau melaksanakan shaum bulan Sya'ban
seluruhnya. Beliau bersabda: "Lakukanlah amal-amal yang kalian sanggup
melaksanakannya, karena Allah tidak akan berpaling (dalam memberikan pahala)
sampai kalian yang lebih dahulu berpaling (dari mengerjakan amal) ". Dan
shalat yang paling Nabi shallallahu 'alaihi wasallam cintai adalah shalat yang
dijaga kesinambungannya sekalipun sedikit. Dan Beliau bila sudah biasa
melaksanakan shalat (sunnat) beliau menjaga kesinambungannya".(HR.
Bukhari)
Imam muslim juga meriwayatkan dalam kitab
Puasa bab Puasanya Nabi diluar Bulan Ramadhan dan sunnahnya tidak mengosongkan
bulan dari berpuasa.
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى
مَالِكٍ عَنْ أَبِي النَّضْرِ مَوْلَى عُمَرَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ
بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا
أَنَّهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ
حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي
شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin
Yahya ia berkata, saya telah membacakan kepada Malik dari Abu Nadlr Maula Umar
bin Ubaidullah, dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Aisyah Ummul Mukminin,
bahwa ia berkata; "Sudah biasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
berpuasa beberapa hari, hingga kami mengira bahwa beliau akan berpuasa terus.
Namun beliau juga biasa berbuka (tidak puasa) beberapa hari hingga kami mengira
bahwa beliau akan tidak puasa terus. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menyempurnakan puasanya sebulan penuh, kecuali
Ramadlan. Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunnah dalam sebulan
yang lebih banyak daripada puasanya ketika bulan Sya'ban."(HR. Muslim)
و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو
النَّاقِدُ جَمِيعًا عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ
بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ ابْنِ أَبِي لَبِيدٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا عَنْ صِيَامِ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ
قَدْ صَامَ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ أَفْطَرَ وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ
قَطُّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ
يَصُومُ شَعْبَانَ إِلَّا قَلِيلًا
“Dan Telah menceritakan kepada kami Abu
Bakr bin Abu Syaibah dan Amru An Naqid semuanya dari Ibnu Uyainah - Abu Bakr
berkata- Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Ibnu Abu Labid
dari Abu Salamah ia berkata, saya pernah bertanya kepada Aisyah radliallahu
'anha tentang puasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka ia pun
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sering berpuasa hingga kami
mengira bahwa beliau akan puasa seterusnya. Dan beliau sering berbuka (tidak
puasa) sehingga kami mengira beliau akan berbuka (tidak puasa) terus-menerus.
Dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa terus sebulan penuh kecuali
Ramadlan. Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunnah dalam sebulan
yang lebih banyak dariada puasanya di bulan Sya'ban. Beliau berpuasa pada bulan
Sya'ban hingga sisa harinya tinggal sedikit."(HR. Muslim)
حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا
مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ حَدَّثَنَا
أَبُو سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ لَمْ يَكُنْ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الشَّهْرِ مِنْ السَّنَةِ أَكْثَرَ
صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ وَكَانَ يَقُولُ خُذُوا مِنْ الْأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ
فَإِنَّ اللَّهَ لَنْ يَمَلَّ حَتَّى تَمَلُّوا وَكَانَ يَقُولُ أَحَبُّ الْعَمَلِ
إِلَى اللَّهِ مَا دَاوَمَ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ وَإِنْ قَلَّ
“Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin
Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Mu'adz bin Hisyam telah menceritakan
kepadaku bapakku dari Yahya bin Abu Katsir telah menceritakan kepada kami Abu
Usamah dari Aisyah radliallahu 'anha, ia berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam tidak pernah berpuasa banyak di bulan tertentu dalam satu
tahun, melebihi puasa beliau ketika pada bulan Sya'ban. Dan beliau bersabda:
"Lakukanlah amalan yang mampu kalian lakukan, karena Allah tidak akan
bosan hingga kalian sendirilah yang bosan. Dan Amalah yang paling disukai Allah
adalah amalan yang terus-menerus dilakukan meskipun sedikit."(HR.
Muslim)
Imam An Nawawi menjelaskan tentang
keutamaan Puasa Sya’ban.
فِيهِ حَدِيث عَائِشَة (
أَنَّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا صَامَ شَهْرًا كُلّه إِلَّا
رَمَضَان وَلَا أَفْطَرَهُ كُلّه حَتَّى يُصِيبَ مِنْهُ ) . وَفِي رِوَايَة : (
يَصُوم مِنْهُ ) ، وَفِي رِوَايَة : ( كَانَ يَصُوم حَتَّى نَقُول : قَدْ صَامَ ،
قَدْ صَامَ ، وَيُفْطِر حَتَّى نَقُول : قَدْ أَفْطَرَ ، قَدْ أَفْطَرَ ) ، وَفِي
رِوَايَة : ( يَصُوم حَتَّى نَقُول : لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُول لَا
يَصُومُ وَمَا رَأَيْته فِي شَهْر أَكْثَر مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَان ) ، وَفِي
رِوَايَة : ( كَانَ يَصُوم شَعْبَان كُلّه ، كَانَ يَصُوم شَعْبَان إِلَّا قَلِيلًا
) .
فِي هَذِهِ الْأَحَادِيث
أَنَّهُ يُسْتَحَبُّ أَلَّا يُخْلِيَ شَهْرًا مِنْ صِيَام ، وَفِيهَا : أَنَّ
صَوْم النَّفْل غَيْر مُخْتَصٍّ بِزَمَانٍ مُعَيَّنٍ ، بَلْ كُلّ السَّنَة
صَالِحَة لَهُ إِلَّا رَمَضَانَ وَالْعِيدَ وَالتَّشْرِيقَ .
“ …………..….Di dalam hadis-hadis
tersebut dijelaskan bahwa sesungguhnya disunahkan tidak mengosongkan bulan dari berpuasa. Dan
di dalamnya juga dijelaskan bahwa puasa sunnah tidak dikhususkan dengan waktu
tertentu, akan tetapi sepanjang tahun baik untuk berpuasa kecuali Ramadhan,
hari raya dan hari Tasyriq.”
وَقَوْلهَا : ( كَانَ يَصُوم شَعْبَان
كُلّه ، كَانَ يَصُومُهُ إِلَّا قَلِيلًا ) الثَّانِي تَفْسِيرٌ لِلْأَوَّلِ ،
وَبَيَان أَنَّ قَوْلهَا كُلّه أَيْ غَالِبُهُ ، وَقِيلَ : كَانَ يَصُومهُ كُلّه
فِي وَقْتٍ ، وَيَصُوم بَعْضَهُ فِي سَنَة أُخْرَى ، وَقِيلَ : كَانَ يَصُوم
تَارَةً مِنْ أَوَّلِهِ ، وَتَارَةً مِنْ آخِرِهِ ، وَتَارَةً بَيْنَهُمَا ، وَمَا
يُخْلِي مِنْهُ شَيْئًا بِلَا صِيَام لَكِنْ فِي سِنِينَ ، وَقِيلَ : فِي تَخْصِيص
شَعْبَان بِكَثْرَةِ الصَّوْم لِكَوْنِهِ تُرْفَعُ فِيهِ أَعْمَال الْعِبَاد ،
وَقِيلَ غَيْر ذَلِكَ ، فَإِنْ قِيلَ : سَيَأْتِي قَرِيبًا فِي الْحَدِيث الْآخَر
أَنَّ أَفْضَلَ الصَّوْم بَعْد رَمَضَان صَوْم الْمُحَرَّم فَكَيْفَ أَكْثَرَ
مِنْهُ فِي شَعْبَان دُون الْمُحَرَّم ؟ فَالْجَوَاب : لَعَلَّهُ لَمْ يَعْلَمْ
فَضْلَ الْمُحَرَّم إِلَّا فِي آخِر الْحَيَاة قَبْل التَّمَكُّن مِنْ صَوْمه ،
أَوْ لَعَلَّهُ كَانَ يَعْرِض فِيهِ أَعْذَارٌ تَمْنَع مِنْ إِكْثَار الصَّوْم
فِيهِ كَسَفَرٍ وَمَرَضٍ وَغَيْرِهِمَا ، قَالَ الْعُلَمَاء : وَإِنَّمَا لَمْ
يَسْتَكْمِلْ غَيْرَ رَمَضَانَ لِئَلَّا يُظَنَّ وُجُوبُهُ .
“ Perkataanya (Beliau berpuasa pada seluruh bulan
Sya'ban, beliau berpuasa bulan Sya’ban hingga sisa harinya tinggal sedikit) yang kedua menafsirkan
kalimat yang pertama. Penjelasan perkataanya (kullahu) artinya
kebiasaan beliau secara umum, dan dikatakan : beliau berpuasa seluruh bulan
Sya’ban pada suatu waktu, dan berpuasa sebagiannya pada tahun yang lain. Dan
dikatakan : beliau berpuasa kadang-kadang di awal Sya’ban, kadang di akhir,
kadang di antara keduanya, dan beliau tidak mengosongkan dari bulan Sya’ban
tanpa berpuasa melainkan pada beberapa tahun. Dan dikatakan : di dalam
pengkhususan bulan Sya’ban dengan memperbanyak puasa dikarenakan pada Bulan
Sya’ban Amal-amal hamba di angkat, dan dikatakan : selain yang tadi……akan
datang tidak jauh dalam hadis yang lain bahwa paling utama puasa setelah
Ramadhan adalah puasa Muharram, maka bagaimana mungkin beliau memperbanyaknya
di bulan Sya’ban bukan di bulan Muharram ?..maka jawabannya adalah : boleh jadi
beliau belum mengetahui keutamaan Muharram kecuali pada akhir hayat beliau
sebelum sempat untuk berpuasa, atau boleh jadi datang beberapa udzur atau
halangan yang menghalangi beliau memperbanyak berpuasa di bulan Muharram
seperti bepergian, sakit dan selain keduanya, Ulama berkata : beliau tidak
menyempurnakan berpuasa pada selain bulan Ramadhan supaya tidak disangka
wajib.”
PUASA DIAKHIR-AKHIR BULAN SYA’BAN
Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab
Puasa bab puasa di akhir bulan.
حَدَّثَنَا الصَّلْتُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا مَهْدِيٌّ
عَنْ غَيْلَانَ ح و حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا مَهْدِيُّ بْنُ مَيْمُونٍ
حَدَّثَنَا غَيْلَانُ بْنُ جَرِيرٍ عَنْ مُطَرِّفٍ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ سَأَلَهُ أَوْ سَأَلَ رَجُلًا وَعِمْرَانُ
يَسْمَعُ فَقَالَ يَا أَبَا فُلَانٍ أَمَا صُمْتَ سَرَرَ هَذَا الشَّهْرِ قَالَ أَظُنُّهُ
قَالَ يَعْنِي رَمَضَانَ قَالَ الرَّجُلُ لَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِذَا أَفْطَرْتَ
فَصُمْ يَوْمَيْنِ لَمْ يَقُلْ الصَّلْتُ
أَظُنُّهُ يَعْنِي رَمَضَانَ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ وَقَالَ ثَابِتٌ عَنْ مُطَرِّفٍ
عَنْ عِمْرَانَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ سَرَرِ شَعْبَانَ
“Telah menceritakan kepada kami Ash-Shalt
bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Mahdi dari Ghaylan. Dan
diriwayatkan pula, telah menceritakan kepada kami Abu An-Nu'man telah
menceritakan kepada kami Mahdiy bin Maymun telah menceritakan kepada kami Ghaylan
bin Jarir dari Muthrib dari 'Imran bin Hushain radliallahu 'anhuma dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bahwa Beliau bertanya atau Beliau bertanya kepada
seseorang yang 'Imran mendengarnya, Beliau shallallahu 'alaihi wasallam
berkata: "Wahai bapaknya anu, apakah kamu berpuasa pada hari-hari terakhir
bulan ini?" 'Imran berkata; Aku menduga yang Beliau maksud adalah bulan
Ramadhan". Orang yang ditanya menjawab: "Tidak, wahai
Rasulullah". Beliau berkata: "Jika kamu berbuka (tidak puasa) maka
kamu harus puasa dua hari (pada hari lain). Ash-Shalt tidak berkata; "Aku
menduga, bulan Ramadhan". Abu 'Abdullah Al Bukhariy berkata,, dan berkata,
Tsabit dari Muthrrib dari 'Imran dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
"Pada hari-hari akhir bulan Sya'ban".(HR. Bukhari)
حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدُكُمْ رَمَضَانَ
بِصَوْمِ يَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ إِلَّا أَنْ يَكُونَ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمَهُ
فَلْيَصُمْ ذَلِكَ الْيَوْمَ
“Telah menceritakan kepada kami Muslim
bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Hisyam telah menceritakan kepada
kami Yahya bin Abu Katsir dari Abu Salamah dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu
dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah seorang
dari kalian mendahului bulan Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari
kecuali apabila seseorang sudah biasa melaksanakan puasa (sunnat) maka pada
hari itu dia dipersilahkan untuk melaksanakannya".(HR. Bukhari)
Imam muslim meriwayatkan dalam kitab Puasa
bab puasa di akhr-akhir bulan Sya’ban.
حَدَّثَنَا هَدَّابُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ
بْنُ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ مُطَرِّفٍ وَلَمْ أَفْهَمْ مُطَرِّفًا مِنْ هَدَّابٍ
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ أَوْ لِآخَرَ أَصُمْتَ مِنْ سُرَرِ شَعْبَانَ قَالَ
لَا قَالَ فَإِذَا أَفْطَرْتَ فَصُمْ يَوْمَيْنِ
“Telah menceritakan kepada kami Haddab
bin Khalid telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Tsabit dari
Mutharrif -dan saya tida paham Mutharrif dari Haddab- dari Imran bin Hushain
radliallahu 'anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya
kepadanya atau kepada yang lain: "Apakah kamu telah berpuasa di hari-hari
akhir bulan Sya'ban?" ia menjawab, "Tidak." Beliau bersabda:
"Jika kamu telah usai menunaikan puasa Ramadlan, maka berpuasalah dua hari."(HR.
Muslim)
و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا
يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ عَنْ الْجُرَيْرِيِّ عَنْ أَبِي الْعَلَاءِ عَنْ مُطَرِّفٍ عَنْ
عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ لِرَجُلٍ هَلْ صُمْتَ مِنْ سُرَرِ هَذَا الشَّهْرِ شَيْئًا قَالَ لَا
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا أَفْطَرْتَ مِنْ
رَمَضَانَ فَصُمْ يَوْمَيْنِ مَكَانَهُ
“Dan Telah menceritakan kepada kami Abu
Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun dari Al
Jurairi dari Abul Ala` dari Mutharrif dari Imran bin Hushain radliallahu
'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada seseorang:
"Apakah kamu berpuasa di hari-hari terakhir bulan (Sya'ban) ini?"
laki-laki itu menjawab, "Tidak." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Jika kamu telah menunaikan puasa Ramadlan, maka
berpuasalah dua hari untuk menggantikannya."(HR. Muslim)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ ابْنِ أَخِي مُطَرِّفِ بْنِ الشِّخِّيرِ قَالَ
سَمِعْتُ مُطَرِّفًا يُحَدِّثُ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِرَجُلٍ هَلْ صُمْتَ مِنْ سُرَرِ هَذَا الشَّهْرِ
شَيْئًا يَعْنِي شَعْبَانَ قَالَ لَا قَالَ فَقَالَ لَهُ إِذَا أَفْطَرْتَ رَمَضَانَ
فَصُمْ يَوْمًا أَوْ يَوْمَيْنِ شُعْبَةُ الَّذِي شَكَّ فِيهِ قَالَ وَأَظُنُّهُ قَالَ
يَوْمَيْنِ و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ
بْنُ قُدَامَةَ وَيَحْيَى اللُّؤْلُؤِيُّ قَالَا أَخْبَرَنَا النَّضْرُ أَخْبَرَنَا
شُعْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ هَانِئِ ابْنِ أَخِي مُطَرِّفٍ فِي هَذَا
الْإِسْنَادِ بِمِثْلِهِ
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah
menceritakan kepada kami Syu'bah dari keponakan Mutharrif bin Asy Syikhkhir ia
berkata, saya mendengar Mutharrif menceritakan dari Imran bin Husain
radliallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada
orang: "Apakah kamu telah berpuasa di akhir bulan ini (Sya'ban)?"
laki-laki itu menjawab, "Tidak." Maka beliau pun bersabda kepadanya:
"Jika kamu telah usai menunaikan puasa Ramadlan, maka berpuasalah sehari
-atau- dua hari." Yang ragu adalah Syu'bah, ia berkata; Dan menduga bahwa
beliau mengatakan: "Dua hari." Dan telah menceritakan kepadaku
Muhammad bin Qudamah dan Yahya Al Lu`lu`i keduanya berkata, telah mengabarkan
kepada kami An Nadlr telah mengabarkan kepada kami Syu'bah telah menceritakan
kepada kami Abdullah bin Hani` bin Akhu Mutharrif dalam isnad ini, dengan
hadits yang semisalnya.(HR. Muslim)
Imam Ibnu Hajar memaparkan :
قال الزين بن المنير أطلق الشهر وإن
كان الذي يتحرر من الحديث أن المراد به شهر مقيد وهو شعبان إشارة منه إلى أن ذلك
لا يختص بشعبان بل يؤخذ من الحديث الندب إلى صيام أواخر كل شهر ليكون عادة للمكلف
فلا يعارضه النهى عن تقدم رمضان بيوم أو يومين لقوله فيه الا رجل كان يصوم صوما
فليصمه
Imam As Sindi menjelaskan :
قوله : (أما صمت سرر ذلك الشهر)
ولعل وجه هذا الحديث أن الرجل كان ممن يعتاد صوم آخر الشهر ، فترك صوم آخر شعبان
لحديث لا تقدموا رمضان بصوم يوم أو يومين ، فأرشده صلى الله تعالى عليه وسلم بهذا
الأمر إلى أن ذلك فيمن لا يعتاد والله تعالى أعلم.
Imam An Nawawi menjelaskan :
فِيهِ : ( عِمْرَان بْن الْحُصَيْنِ
أَنَّ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ أَوْ لِآخَرَ :
أَصُمْت مِنْ سُرَر شَعْبَان ؟ قَالَ : لَا . قَالَ : فَإِذَا أَفْطَرْت فَصُمْ
يَوْمَيْنِ ) وَفِي رِوَايَة : ( فَإِذَا أَفْطَرْت مِنْ رَمَضَان فَصُمْ يَوْمَيْنِ
مَكَانه ) ضَبَطُوا ( سَرَر ) بِفَتْحِ السِّين وَكَسْرهَا ، وَحَكَى الْقَاضِي
ضَمَّهَا ، قَالَ : وَهُوَ جَمْع ( سُرَّة ) وَيُقَال : أَيْضًا سَرَار وَسِرَار
بِفَتْحِ السِّين وَكَسْرهَا وَكُلّه مِنْ الِاسْتِسْرَار ، قَالَ الْأَوْزَاعِيُّ
وَأَبُو عُبَيْد وَجُمْهُور الْعُلَمَاء مِنْ أَهْل اللُّغَة وَالْحَدِيث
وَالْغَرِيب : الْمُرَاد بِالسُّرَرِ آخِر الشَّهْر ، سُمِّيَتْ بِذَلِكَ
لِاسْتِسْرَارِ الْقَمَر فِيهَا ، قَالَ الْقَاضِي : قَالَ أَبُو عُبَيْد وَأَهْل
اللُّغَة : السُّرَر آخِر الشَّهْر ، قَالَ : وَأَنْكَرَ بَعْضهمْ هَذَا ، وَقَالَ
: الْمُرَاد وَسَط الشَّهْر ، قَالَ : وَسِرَار كُلّ شَيْء وَسَطه ، قَالَ هَذَا
الْقَائِل : لَمْ يَأْتِ فِي صِيَام آخِر الشَّهْر نَدْب فَلَا يُحْمَل الْحَدِيث
عَلَيْهِ ، بِخِلَافِ وَسَطه فَإِنَّهَا أَيَّام الْبِيض ، وَرَوَى أَبُو دَاوُدَ
عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ سُرَره : أَوَّله ، وَنَقَلَ الْخَطَّابِيُّ عَنْ
الْأَوْزَاعِيِّ سُرَره : آخِره ، قَالَ الْبَيْهَقِيُّ فِي السُّنَن الْكَبِير
بَعْد أَنْ رَوَى الرِّوَايَتَيْنِ عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ : الصَّحِيح آخِره ،
وَلَمْ يَعْرِف الْأَزْهَرِيّ أَنَّ سُرَره أَوَّله ، قَالَ الْهَرَوِيُّ :
وَاَلَّذِي يَعْرِفهُ النَّاس أَنَّ سُرَره آخِره ، وَيُعْضَد مِنْ فَسِرّه
بِوَسَطِهِ الرِّوَايَة السَّابِقَة فِي الْبَاب قَبْله : " سُرَّة هَذَا
الشَّهْر " ، وَسَرَارَة الْوَادِي وَسَطُه وَخِيَاره ، وَقَالَ اِبْن
السِّكِّيت : سِرَار الْأَرْض : أَكْرَمهَا وَوَسَطهَا ، وَسِرَار كُلّ شَيْء :
وَسَطه وَأَفْضَله ، فَقَدْ يَكُون سِرَار الشَّهْر مِنْ هَذَا ، قَالَ الْقَاضِي
: وَالْأَشْهَر أَنَّ الْمُرَاد آخِر الشَّهْر كَمَا قَالَهُ أَبُو عُبَيْد
وَالْأَكْثَرُونَ ، وَعَلَى هَذَا يُقَال : هَذَا الْحَدِيث مُخَالِف
لِلْأَحَادِيثِ الصَّحِيحَة فِي النَّهْي عَنْ تَقْدِيم رَمَضَان بِصَوْمِ يَوْم
وَيَوْمَيْنِ ، وَيُجَاب عَنْهُ بِمَا أَجَابَ الْمَازِرِيّ وَغَيْره ، وَهُوَ
أَنَّ هَذَا الرَّجُل كَانَ مُعْتَاد الصِّيَام آخِر الشَّهْر أَوْ نَذَرَهُ
فَتَرَكَهُ بِخَوْفِهِ مِنْ الدُّخُول فِي النَّهْي عَنْ تَقَدَّمَ رَمَضَان ،
فَبَيَّنَ لَهُ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ الصَّوْم
الْمُعْتَاد لَا يَدْخُل فِي النَّهْي ، وَإِنَّمَا نَنْهَى عَنْ غَيْرِ
الْمُعْتَادِ . وَاَللَّهُ أَعْلَمُ
Kesimpulannya berpuasa di
akhir bulan Sya’ban jika sudah menjadi kebiasaan berpuasa atau karena bernadzar
maka hal itu tidak di larang sebagaimana hadis di atas, namun jika tidak karena
kebiasaan atau bernadzar maka kita dilarang berpuasa satu atau dua hari diakhir
bulan Sya’ban menjelang memasuki awal bulan Ramadhan karena ada hadis yang
menjelaskannya.
HADIS-HADIS NISHFU SYA’BAN
Imam muslim meriwayatkan dalam Sahihnya kitab
Al Janaiz bab bacaan ketika masuk Kuburan dan do’a untuk penghuninya.
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ وَيَحْيَى
بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا و
قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ شَرِيكٍ وَهُوَ ابْنُ
أَبِي نَمِرٍ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلَّمَا كَانَ لَيْلَتُهَا مِنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ إِلَى الْبَقِيعِ
فَيَقُولُ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَأَتَاكُمْ مَا تُوعَدُونَ
غَدًا مُؤَجَّلُونَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِأَهْلِ بَقِيعِ الْغَرْقَدِ وَلَمْ يُقِمْ
قُتَيْبَةُ قَوْلَهُ وَأَتَاكُمْ
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin
Yahya At Tamimi dan Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin Sa'id -Yahya berkata-
telah mengabarkan kepada kami -sementara dua orang yang lain berkata- Telah
menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far dari Syarik, yaitu anaknya Abu
Namir dari Atha` bin Yasar dari Aisyah bahwa ia berkata; Pada malam
gilirannya bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, di akhir malam
beliau keluar ke Bagi' dan mengucapkan: "Semoga keselamatan atas kalian
wahai para penghuni (kuburan) dari kaum mukminin. Apa yang dijanjikan Allah
kepada kalian niscaya akan kalian dapati esok (pada hari kiamat), dan kami
Insya Allah akan menyusul kalian. Ya Allah ampunilah penduduk Baqi' yang mati
tenggelam." Qutaibah tidak menyebutkan; "Wa Ataakum."(HR.
Muslim)
و حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كَثِيرِ
بْنِ الْمُطَّلِبِ أَنَّهُ سَمِعَ مُحَمَّدَ بْنَ قَيْسٍ يَقُولُ سَمِعْتُ عَائِشَةَ
تُحَدِّثُ فَقَالَتْ أَلَا أُحَدِّثُكُمْ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَعَنِّي قُلْنَا بَلَى ح و حَدَّثَنِي مَنْ سَمِعَ حَجَّاجًا الْأَعْوَرَ
وَاللَّفْظُ لَهُ قَالَ حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ
أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ قَيْسِ بْنِ
مَخْرَمَةَ بْنِ الْمُطَّلِبِ أَنَّهُ قَالَ
يَوْمًا أَلَا أُحَدِّثُكُمْ عَنِّي وَعَنْ أُمِّي قَالَ فَظَنَنَّا أَنَّهُ يُرِيدُ
أُمَّهُ الَّتِي وَلَدَتْهُ قَالَ قَالَتْ عَائِشَةُ أَلَا أُحَدِّثُكُمْ عَنِّي وَعَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْنَا بَلَى قَالَ قَالَتْ لَمَّا
كَانَتْ لَيْلَتِي الَّتِي كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهَا
عِنْدِي انْقَلَبَ فَوَضَعَ رِدَاءَهُ وَخَلَعَ نَعْلَيْهِ فَوَضَعَهُمَا عِنْدَ رِجْلَيْهِ
وَبَسَطَ طَرَفَ إِزَارِهِ عَلَى فِرَاشِهِ فَاضْطَجَعَ فَلَمْ يَلْبَثْ إِلَّا رَيْثَمَا
ظَنَّ أَنْ قَدْ رَقَدْتُ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ رُوَيْدًا وَانْتَعَلَ رُوَيْدًا وَفَتَحَ
الْبَابَ فَخَرَجَ ثُمَّ أَجَافَهُ رُوَيْدًا فَجَعَلْتُ دِرْعِي فِي رَأْسِي وَاخْتَمَرْتُ
وَتَقَنَّعْتُ إِزَارِي ثُمَّ انْطَلَقْتُ عَلَى إِثْرِهِ حَتَّى جَاءَ الْبَقِيعَ
فَقَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ انْحَرَفَ
فَانْحَرَفْتُ فَأَسْرَعَ فَأَسْرَعْتُ فَهَرْوَلَ فَهَرْوَلْتُ فَأَحْضَرَ فَأَحْضَرْتُ
فَسَبَقْتُهُ فَدَخَلْتُ فَلَيْسَ إِلَّا أَنْ اضْطَجَعْتُ فَدَخَلَ فَقَالَ مَا لَكِ
يَا عَائِشُ حَشْيَا رَابِيَةً قَالَتْ قُلْتُ لَا شَيْءَ قَالَ لَتُخْبِرِينِي أَوْ
لَيُخْبِرَنِّي اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ بِأَبِي
أَنْتَ وَأُمِّي فَأَخْبَرْتُهُ قَالَ فَأَنْتِ السَّوَادُ الَّذِي رَأَيْتُ أَمَامِي
قُلْتُ نَعَمْ فَلَهَدَنِي فِي صَدْرِي لَهْدَةً أَوْجَعَتْنِي ثُمَّ قَالَ أَظَنَنْتِ
أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قَالَتْ مَهْمَا يَكْتُمِ النَّاسُ يَعْلَمْهُ
اللَّهُ نَعَمْ قَالَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ أَتَانِي حِينَ رَأَيْتِ فَنَادَانِي فَأَخْفَاهُ
مِنْكِ فَأَجَبْتُهُ فَأَخْفَيْتُهُ مِنْكِ وَلَمْ يَكُنْ يَدْخُلُ عَلَيْكِ وَقَدْ
وَضَعْتِ ثِيَابَكِ وَظَنَنْتُ أَنْ قَدْ رَقَدْتِ فَكَرِهْتُ أَنْ أُوقِظَكِ وَخَشِيتُ
أَنْ تَسْتَوْحِشِي فَقَالَ إِنَّ رَبَّكَ يَأْمُرُكَ أَنْ تَأْتِيَ أَهْلَ الْبَقِيعِ
فَتَسْتَغْفِرَ لَهُمْ قَالَتْ قُلْتُ كَيْفَ أَقُولُ لَهُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ
قُولِي السَّلَامُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَيَرْحَمُ
اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ
بِكُمْ لَلَاحِقُونَ
“Dan telah menceritakan kepadaku Harun
bin Sa'id Al Aili telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb telah
mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij dari Abdullah bin Katsir bin Muthallib
bahwa ia mendengar Muhammad bin Qais berkata, saya mendengar Aisyah
menceritakan, ia berkata; "Maukah kalian aku ceritakan sebuah hadits
dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan juga dariku?" Kami
menjawab, "Ya." -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepadaku
seorang yang mendengar Hajjaj Al A'war, dan lafazh juga miliknya, ia berkata,
telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Muhammad Telah menceritakan kepada
kami Ibnu Juraij telah mengabarkan kepadaku Abdullah -seorang laki-laki dari
Qurais- dari Muhammad bin Qais bin Makhramah bin Al Muthallib bahwa pada suatu
hari ia berkata, "Maukah kalian aku ceritakan (hadits) dariku dan dari
ibuku?" -maka kami pun menyangka bahwa yang ia maksud dengan ibunya adalah
Ibu yang telah melahirkannya- Ia berkata; Aisyah berkata, "Maukah kalian
aku ceritakan hadits dariku dan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam?" kami menjawab, "Ya, mau." Aisyah berkata; Pada suatu
malam ketika giliran Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di rumahku,
setelah beliau menanggalkan pakaiannya, meletakkan terompahnya dekat kaki dan
membentangkan pinggir jubahnya di atas kasur, beliau lantas berbaring. Setelah
beberapa lama kemudian dan barangkali beliau menyangkaku telah tidur, beliau
mengambil baju dan terompahnya, dibukanya pintu perlahan-lahan dan kemudian
ditutupnya kembali perlahan-lahan. Menyaksikan beliau seperti itu, kukenakan
pula bajuku dan kututup kepalaku dengan kain, kemudian aku mengikuti beliau dari
belakang hingga sampai di Baqi'. Ketika sampai di sana beliau berdiri agak
lama, kemudian beliau mengangkat kedua tangannya tiga kali, sesudah itu beliau
berbalik pulang. Aku pun berbalik pula mendahului beliau. Kalau beliau berjalan
cepat, maka aku pun berjalan cepat-cepat. Bila beliau berlari kecil, aku pun
demikian. Ketika beliau sampai, aku pun sudah sampai lebih dulu dari beliau.
Kemudian aku masuk ke dalam rumah dan langsung tidur. Setelah itu, beliau masuk
dan bertanya: "Kenapa kamu wahai Aisyah? Kudengar nafasmu kembang
kempis.?" Jawabku, "Tidak ada apa-apa wahai Rasulullah?" Beliau
berkata: "Ceritakanlah kepadaku atau kalau tidak Allah -Yang MahaLembut
dan Mengetahui- akan menceritakannya padaku." Aku menjawab, "Wahai
Rasulullah, demi bapak dan ibuku." Lalu kuceritakanlah kepada beliau apa
yang sebenarnya terjadi. Beliau berkata, "Kalau begitu, kamulah kiranya
bayangan hitam yang saya lihat di depanku tadi?" Saya menjawab, "Ya,
benar wahai Rasulullah." Maka beliau pun mendorong dadaku dengan keras hingga
terasa sakit bagiku. Kemudian beliau berkata, "Apakah kamu masih curiga,
Allah dan Rasul-Nya akan berbuat curang kepadamu?" jawabku, "Setiap
apa yang dirahasiakan manusia, pasti Allah mengetahuinya pula." Kemudian
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menceritakan kenapa beliau sampai
keluar. Beliau bercerita: "Tadi Jibril datang, tapi karena ia melihat ada
kamu, dia memanggilku perlahan-lahan sehingga tidak terdengar olehmu. Aku
menjawab panggilannya tanpa terdengar pula olehmu. Dia tidak masuk ke rumah,
karena kamu menanggalkan pakaianmu. Dan aku pun mengira bahwa kamu telah tidur,
karena itu aku segan membangunkanmu khawatir engkau akan merasa kesepian.
Jibril berkata padaku, 'Allah memerintahkan agar Tuan datang ke Baqi' dan
memohonkan ampunan bagi para penghuninya.' Aku berkata, 'Lalu apa yang kubaca
sesampai di sana wahai rasulullah? ' Jibril menjawab, 'Bacalah: AS SALAAMU 'ALA
AHLID DIYAAR MINAL MUKMINIIN WAL MUSLIMIIN WA YARHAMULLAHUL MUSTAQDIMIIN MINNAA
WAL MUSTA`KHIRIIN WA INNAA INSYAA`ALLAHU BIKUM LAAHIQUUN (Semoga keselamatan
tercurah bagi penduduk kampung orang-orang mukmin dan muslim ini. Dan semoga
Allah memberi rahmat kepada orang-orang yang telah mendahului kami dan
orang-orang kemudian, dan kami insya Allah akan menyusul kalian semua).'"(HR.
Muslim)
Imam At Turmudzi meriwayatkan di dalam
kitab Sunannya kitab As Soum bab apa yang datang di malam Nisfu Sya’ban.
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا يَزِيدُ
بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا الْحَجَّاجُ بْنُ أَرْطَاةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ
عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَخَرَجْتُ فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيعِ
فَقَالَ أَكُنْتِ تَخَافِينَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قُلْتُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ فَقَالَ إِنَّ
اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ
الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ كَلْبٍ وَفِي الْبَاب
عَنْ أَبِي بَكرٍ الصِّدِّيقِ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عَائِشَةَ لَا نَعْرِفُهُ
إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ مِنْ حَدِيثِ الْحَجَّاجِ و سَمِعْت مُحَمَّدًا يُضَعِّفُ
هَذَا الْحَدِيثَ و قَالَ يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ لَمْ يَسْمَعْ مِنْ عُرْوَةَ
وَالْحَجَّاجُ بْنُ أَرْطَاةَ لَمْ يَسْمَعْ مِنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ
“Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin
Mani' telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun telah mengabarkan kepada
kami Al Hajjaj bin Arthah dari Yahya bin Abu Katsir dari 'Urwah dari 'Aisyah
dia berkata, Pada suatu malam saya kehilangan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wasallam, lalu saya keluar, ternyata saya dapati beliau sedang berada di Baqi',
beliau bersabda: " Apakah kamu takut akan didzalimi oleh Allah dan
Rasul-Nya?" saya berkata, wahai Rasulullah, saya mengira tuan mendatangi
sebagian istri-istrimu, beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah ta'ala turun
ke langit dunia pada malam pertengahan bulan Sya'ban, lalu mengampuni manusia
sejumlah rambut (bulu) kambing." Dalam bab ini (ada juga riwayat -pent)
dari Abu Bakar Ash shiddiq. Abu 'Isa berkata, hadits 'Aisyah tidak kami ketahui
kecuali dari jalur ini dari hadits Al Hajjaj. Saya mendengar Muhammad
melemahkan hadits ini. Dia berkata, Yahya bin Abu Katsir belum pernah mendengar
dari 'Urwah, sedangkan Al Hajjaj juga belum pernah mendengar hadits dari Yahya
bin Abu Katsir.(HR. Turmudzi) sebagai catatan : Ishom As Sobabathi menilai
hadis ini Dhoif dalam takhirj Tuhfatul Awadzi dan Albani juga menilai Dhaif
hadis ini.
Imam An Nasai meriwayatkan dalam Sunannya
kitab Al Janaaiz bab perintah memintakan ampun orang-orang mukmin.
أَخْبَرَنَا يُوسُفُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا
حَجَّاجٌ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ
أَنَّهُ سَمِعَ مُحَمَّدَ بْنَ قَيْسِ بْنِ مَخْرَمَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ عَائِشَةَ
تُحَدِّثُ قَالَتْ أَلَا أُحَدِّثُكُمْ
عَنِّي وَعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْنَا بَلَى قَالَتْ
لَمَّا كَانَتْ لَيْلَتِي الَّتِي هُوَ عِنْدِي تَعْنِي النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْقَلَبَ فَوَضَعَ نَعْلَيْهِ عِنْدَ رِجْلَيْهِ وَبَسَطَ طَرَفَ
إِزَارِهِ عَلَى فِرَاشِهِ فَلَمْ يَلْبَثْ إِلَّا رَيْثَمَا ظَنَّ أَنِّي قَدْ رَقَدْتُ
ثُمَّ انْتَعَلَ رُوَيْدًا وَأَخَذَ رِدَاءَهُ رُوَيْدًا ثُمَّ فَتَحَ الْبَابَ رُوَيْدًا
وَخَرَجَ رُوَيْدًا وَجَعَلْتُ دِرْعِي فِي رَأْسِي وَاخْتَمَرْتُ وَتَقَنَّعْتُ إِزَارِي
وَانْطَلَقْتُ فِي إِثْرِهِ حَتَّى جَاءَ الْبَقِيعَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
فَأَطَالَ ثُمَّ انْحَرَفَ فَانْحَرَفْتُ فَأَسْرَعَ فَأَسْرَعْتُ فَهَرْوَلَ فَهَرْوَلْتُ
فَأَحْضَرَ فَأَحْضَرْتُ وَسَبَقْتُهُ فَدَخَلْتُ فَلَيْسَ إِلَّا أَنْ اضْطَجَعْتُ
فَدَخَلَ فَقَالَ مَا لَكِ يَا عَائِشَةُ حَشْيَا رَابِيَةً قَالَتْ لَا قَالَ لَتُخْبِرِنِّي
أَوْ لَيُخْبِرَنِّي اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ بِأَبِي أَنْتَ
وَأُمِّي فَأَخْبَرْتُهُ الْخَبَرَ قَالَ فَأَنْتِ السَّوَادُ الَّذِي رَأَيْتُ أَمَامِي
قَالَتْ نَعَمْ فَلَهَزَنِي فِي صَدْرِي لَهْزَةً أَوْجَعَتْنِي ثُمَّ قَالَ أَظَنَنْتِ
أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قُلْتُ مَهْمَا يَكْتُمُ النَّاسُ فَقَدْ
عَلِمَهُ اللَّهُ قَالَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ أَتَانِي حِينَ رَأَيْتِ وَلَمْ يَدْخُلْ
عَلَيَّ وَقَدْ وَضَعْتِ ثِيَابَكِ فَنَادَانِي فَأَخْفَى مِنْكِ فَأَجَبْتُهُ فَأَخْفَيْتُهُ
مِنْكِ فَظَنَنْتُ أَنْ قَدْ رَقَدْتِ وَكَرِهْتُ أَنْ أُوقِظَكِ وَخَشِيتُ أَنْ تَسْتَوْحِشِي
فَأَمَرَنِي أَنْ آتِيَ الْبَقِيعَ فَأَسْتَغْفِرَ لَهُمْ قُلْتُ كَيْفَ أَقُولُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ قَالَ قُولِي السَّلَامُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُسْلِمِينَ يَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ
وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ
“Telah mengabarkan kepada kami Yusuf bin
Sa'id dia berkata; telah menceritakan kepada kami Hajjaj dari Ibnu Juraij dia
berkata; telah mengabarkan kepadaku 'Abdullah bin Abu Mulaikah bahwasanya ia
mendengar Muhammad bin Qais bin Makhramah berkata; Aku mendengar 'Aisyah
bercerita, dia berkata; "Maukah kuceritakan kepada kalian tentangku dan
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam?" Kami menjawab, "Ya." Dia
berkata; "Ketika malam hari -yang menjadi giliranku- yang ketika itu
beliau berada bersamaku -yakni: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam-, setelah
pulang dari melaksanakan shalat Isya', beliau lalu meletakkan kedua sandal
beliau di di depan kaki beliau dan membentangkan ujung kainnya di atas
kasurnya. Tidak lama kemudian, beliau mengira bahwa aku telah tidur, beliau
memakai sandal dan mengambil serbannya pelan-pelan, membuka pintu dan keluar
pelan-pelan. Aku segera memakai baju di kepalaku, memakai kerudung, memakai
kain bawah, lalu aku bergerak mengikuti jejak beliau, hingga sampai ke Baqi'.
Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya tiga kali dalam waktu yang lama,
lalu pulang, maka aku pun pulang, beliau cepat-cepat -jalannya- dan aku pun
cepat-cepat, beliau berjalan setengah berlari, lalu beliau sampai dan aku pun
sampai, namun aku mendahului beliau, lalu aku masuk. Tidak lama setelah aku
berbaring beliau masuk seraya berkata: "Apa yang terjadi padamu wahai
Aisyah, nafasmu terengah-engah", ia berkata; "Tidak." Beliau
bersabda: "Sungguh engkau akan memberitahuku atau Dzat yang maha lembut
lagi maha mengetahui yang akan memberitahukan kepadaku!" Aku berkata;
"Wahai Rasulullah! Demi bapak dan ibuku sebagai tebusannya!, aku yang akan
memberitahukan berita yang terjadi." Beliau bertanya; "Apakah kamu
adalah orang berpakaian hitam yang ku lihat di depanku?" Aku menjawab,
"Ya". Lantas nabi shallallahu 'alaihi wasallam memukulku yang cukup
menjadikanku kesakitan." Kemudian beliau bersabda: "Apakah kamu
mengira bahwa Allah dan rasul-Nya berbuat zhalim kepadamu?" Aku menjawab, "Bagaimanapun
manusia merahasiakannya, sungguh Allah mengetahuinya." Beliau bersabda:
" Jibril menemuiku ketika kamu melihatnya dan ia tidak masuk menemuiku,
sebab saat itu kamu melepas pakaianmu, lalu ia memanggilku, maka aku
bersembunyi darimu. Aku kira kamu telah tidur, aku tidak ingin membangunkanmu
dan aku khawatir akan mengagetkanmu, lalu Allah menyuruhku untuk pergi ke Baqi'
dan memintakan ampunan untuk mereka." Aku bertanya; "Apa yang harus
aku ucapkan wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?" Beliau menjawab:
"Ucapkanlah: "Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada penghuni kubur
dari kaum mukminin dan muslimin. Semoga Allah memberikan rahmat kepada
orang-orang terdahulu di antara kita dan orang-orang yang akan datang kemudian,
dan kami insya Allah akan bertemu kalian."(HR. An Nasai) Al Bani :
Sahih
Imam Ibnu Majah dalam kitab sunannya
meriwayatkan beberapa hadis dalam kitab Shalat dan sunah di dalamnya bab apa yang datang di malam Nisfu Sya’ban.
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَنْبَأَنَا ابْنُ أَبِي سَبْرَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدٍ
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَلِيِّ بْنِ
أَبِي طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ
شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا
لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي
فَأَغْفِرَ لَهُ أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلَا
كَذَا أَلَا كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ
“Telah menceritakan kepada kami Al Hasan
bin Ali Al Khallal berkata, telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq berkata,
telah memberitakan kepada kami Ibnu Abu Sabrah dari Ibrahim bin Muhammad dari
Mu'awiyah bin Abdullah bin Ja'far dari Bapaknya dari Ali bin Abu Thalib ia
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Apabila malam nisfu Sya'ban (pertengahan bulan Sya'ban), maka shalatlah
di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya. Sesungguhnya Allah turun ke
langit bumi pada saat itu ketika matahari terbenam, kemudian Dia berfirman:
"Adakah orang yang meminta ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya?
Adakah orang yang meminta rizki maka Aku akan memberinya rizki? Adakah orang
yang mendapat cobaan maka Aku akan menyembuhkannya? Adakah yang begini, dan
adakah yang begini…hingga terbit fajar. "(HR. Ibnu Majah) (sebagai
catatan : Albani menilai hadis ini Dha’if Jiddan atau Maudhu’)
حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْخُزَاعِيُّ
وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ أَبُو بَكْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ
أَنْبَأَنَا حَجَّاجٌ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ
قَالَتْ فَقَدْتُ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَخَرَجْتُ أَطْلُبُهُ فَإِذَا هُوَ
بِالْبَقِيعِ رَافِعٌ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ أَكُنْتِ تَخَافِينَ
أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قَالَتْ قَدْ قُلْتُ وَمَا بِي ذَلِكَ وَلَكِنِّي
ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَنْزِلُ
لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ
مِنْ عَدَدِ شَعَرِ غَنَمِ كَلْبٍ
“Telah menceritakan kepada kami Abdah bin
Abdullah Al Khuza'i dan Muhammad bin Abdul Malik Abu Bakr keduanya berkata;
telah menceritakan kepada kami Yazin bin Harun berkata, telah memberitakan
kepada kami Hajjaj dari Yahya bin Abu Katsir dari Urwah dari 'Aisyah ia berkata,
"Suatu malam aku kehilangan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, aku pun
mencarinya, dan ternyata beliau berada di Baqi' menengadahkan kepalanya ke
langit, beliau lalu bersabda: "Wahai 'Aisyah, apakah engkau takut Allah
dan Rasul-Nya akan mengurangi (haknya) atasmu?" ia menjawab, "Aku
telah mengatakan tidak, hanya saja aku khawatir engkau mendatangi salah seorang
dari isterimu. " Maka beliau pun bersabda: "Sesungguhnya pada
pertengahan malam Sya'ban Allah turun ke langit dunia lalu mengampuni
orang-orang yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah bulu kambing. "(HR.
Ibnu Majah) (sebagai catatan : Albani menilai Dha’if)
حَدَّثَنَا رَاشِدُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ رَاشِدٍ الرَّمْلِيُّ
حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ عَنْ ابْنِ لَهِيعَةَ عَنْ الضَّحَّاكِ بْنِ أَيْمَنَ عَنْ الضَّحَّاكِ
بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَرْزَبٍ عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ
مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ إِسْحَقَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَسْوَدِ النَّضْرُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ حَدَّثَنَا
ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ الزُّبَيْرِ بْنِ سُلَيْمٍ عَنْ الضَّحَّاكِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ نَحْوَهُ
“Telah menceritakan kepada kami Rasyid
bin Sa'id bin Rasyid Ar Ramli berkata, telah menceritakan Al Walid dari Ibnu
Lahi'ah dari Adl Dlahhak bin Aiman dari Adl Dlahhak bin 'Abdurrahman bin 'Arzab
dari Abu Musa Al Asy'ari dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
bersabda: "Sesungguhnya Allah akan muncul di malam nishfu Sya'ban
kemudian mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik atau orang yang
meninggalkan jama'ah (murtad). "
Telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin Ishaq berkata, telah menceritakan kepada kami Abul Aswad An Nadlr bin Abdul
Jabbar berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah dari Az Zubair bin
Sualim dari Adl Dlahhak bin 'Abdurrahman dari Bapaknya ia berkata; aku
mendengar Abu Musa dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sebagaimana dalam
hadits. "(HR.
Ibnu Majah) (sebagai catatan : Albani menilai Hasan)
Imam Ahmad juga meriwayatkan :
حَدَّثَنَا حَسَنٌ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ حَدَّثَنَا
حُيَيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَطَّلِعُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِعِبَادِهِ إِلَّا لِاثْنَيْنِ
مُشَاحِنٍ وَقَاتِلِ نَفْسٍ
“Telah menceritakan kepada kami Hasan telah
menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah telah menceritakan kepada kami Huyai bin
Abdullah dari Abu Abdurrahman Al Hubuli dari Abdullah bin 'Amru, bahwa
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Allah Ta'ala mengamati
makhluk-Nya pada malam pertengahan bulan sya'ban, lalu Dia mengampuni dosa-dosa
hamba-Nya kecuali dua saja; orang yang bermusuhan dan orang yang membunuh
seseorang."(HR. Ahmad .no 6353)
حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ قَالَ أَخْبَرَنَا
الْحَجَّاجُ بْنُ أَرْطَاةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ
قَالَتْ فَقَدْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَخَرَجْتُ فَإِذَا هُوَ
بِالْبَقِيعِ رَافِعٌ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ لِي أَكُنْتِ تَخَافِينَ أَنْ
يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قَالَتْ قُلْتُ ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ
نِسَائِكَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعَرِ غَنَمِ كَلْبٍ
“Telah menceritakan kepada kami Yazid bin
Harun dia berkata; telah mengabarkan kepada kami Al Hajaj bin Arthah dari Yahya
bin Abi Katsir dari Urwah dari Aisyah berkata; "Pada suatu malam saya
pernah kehilangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu saya keluar dan
ternyata beliau sedang di Baqi', mengangkat pandangannya ke langit seraya
bersabda kepadaku: 'Apakah engkau takut, Allah akan menzhalimi mu dan
Rasul-Nya? ' Aisyah berkata; "Saya berkata; 'Saya mengira engkau
mendatangi sebagian isteri-isterimu." Beliau bersabda: 'Sesungguhnya Allah
Azzawajalla turun di pertengahan malam ke langit dunia di bulan Sya'ban, lalu
ia mengampuni untuk sejumlah bulu rambut kambing atau anjing'."(HR.
Ahmad. No.24825)
Imam Ad Darimi juga meriwayatkan :
أَخْبَرَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْزِلُ اللَّهُ تَعَالَى إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا
كُلَّ لَيْلَةٍ لِنِصْفِ اللَّيْلِ الْآخِرِ أَوْ لِثُلُثِ اللَّيْلِ الْآخِرِ فَيَقُولُ
مَنْ ذَا الَّذِي يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ ذَا الَّذِي يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ
مَنْ ذَا الَّذِي يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ أَوْ
يَنْصَرِفَ الْقَارِئُ مِنْ صَلَاةِ الْفَجْرِ
“Telah mengabarkan kepada kami Yazid bin
Harun telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin 'Amru dari Abu Salamah dari
Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Allah Ta'ala turun ke langit dunia pada pertengahan malam
akhir, atau sepertiga malam terakhir, lalu berfirman: 'Siapa yang berdoa
kepada-Ku maka Aku akan mengabulkan baginya, siapakah yang memohon kepada-Ku
maka Aku akan memberinya, siapakah yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku akan
mengampuninya? ' sampai terbit fajar atau orang yang shalat selesai dari shalat
subuh."(HR. Ad Darimi no. 1442) sebagai catatan : Husain Salim Asad Ad
Darani menilai hadis ini Hasan.
KEUTAMAAN MALAM NISFU SYA’BAN
Berdasarkan hadis-hadis yang telah
disebutkan, Imam Al Hafidz Al Mubarakfuri ( 1353 H )menjelaskan secara rinci di
dalam Tuhfatul Ahwadzi tentang keutamaan malam nisfu Sya’ban.
اِعْلَمْ أَنَّهُ قَدْ
وَرَدَ فِي فَضِيلَةِ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ عِدَّةُ أَحَادِيثَ
مَجْمُوعُهَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّ لَهَا أَصْلًا ، فَمِنْهَا حَدِيثُ الْبَابِ
وَهُوَ مُنْقَطِعٌ ، وَمِنْهَا حَدِيثُ عَائِشَةَ قَالَتْ : قَامَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ اللَّيْلِ فَصَلَّى فَأَطَالَ السُّجُودَ
حَتَّى ظَنَنْت أَنَّهُ قَدْ قُبِضَ ، فَلَمَّا رَأَيْت ذَلِكَ قُمْت حَتَّى
حَرَّكْت إِبْهَامَهُ فَتَحَرَّكَ فَرَجَعَ ، فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ
السُّجُودِ وَفَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ قَالَ : " يَا عَائِشَةُ أَوْ يَا
حُمَيْرَاءُ أَظَنَنْت أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ
خَاسَ بِك ؟ " قُلْت : لَا وَاَللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَكِنِّي
ظَنَنْت أَنْ قُبِضْت طُولَ سُجُودِك ، قَالَ " أَتَدْرِي أَيَّ لَيْلَةٍ
هَذِهِ ؟ " قُلْت : اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ ، قَالَ : " هَذِهِ
لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَطَّلِعُ عَلَى
عِبَادِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِلْمُسْتَغْفِرِينَ
وَيَرْحَمُ الْمُسْتَرْحِمِينَ وَيُؤَخِّرُ أَهْلَ الْحِقْدِ كَمَا هُمْ " ،
رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ . وَقَالَ هَذَا مُرْسَلٌ جَيِّدٌ وَيُحْتَمَلُ أَنْ
يَكُونَ الْعَلَاءُ أَخَذَهُ مِنْ مَكْحُولٍ . قَالَ الْأَزْهَرِيُّ : يُقَالُ
لِلرَّجُلِ إِذَا غَدَرَ بِصَاحِبِهِ فَلَمْ يُؤْتِهِ حَقَّهُ قَدْ خاس بِهِ ،
كَذَا فِي التَّرْغِيبِ وَالتَّرْهِيبِ لِلْحَافِظِ الْمُنْذِرِيِّ . وَمِنْهَا
حَدِيثُ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : " يَطَّلِعُ اللَّهُ إِلَى جَمِيعِ
خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا
لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ " ، قَالَ الْمُنْذِرِيُّ فِي التَّرْغِيبِ بَعْدَ
ذِكْرِهِ : رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ فِي الْأَوْسَطِ وَابْنُ حِبَّانَ فِي
صَحِيحِهِ وَالْبَيْهَقِيُّ ، وَرَوَاهُ اِبْنُ مَاجَهْ بِلَفْظِهِ مِنْ حَدِيثِ
أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ وَالْبَزَّارِ وَالْبَيْهَقِيِّ مِنْ حَدِيثِ أَبِي
بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِنَحْوِهِ بِإِسْنَادٍ لَا بَأْسَ بِهِ
. اِنْتَهَى كَلَامُ الْمُنْذِرِيِّ . قُلْت : فِي سَنَدِ حَدِيثِ أَبِي مُوسَى
الْأَشْعَرِيِّ عِنْدَ اِبْنِ مَاجَهْ عَنْ لَهِيعَةَ وَهُوَ ضَعِيفٌ .
وَمِنْهَا حَدِيثُ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : " يَطَّلِعُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى
خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِعِبَادِهِ إِلَّا
اِثْنَيْنِ مُشَاحِنٍ وَقَاتِلِ نَفْسٍ " ، قَالَ الْمُنْذِرِيُّ : رَوَاهُ
أَحْمَدُ بِإِسْنَادٍ لَيِّنٍ اِنْتَهَى .
وَمِنْهَا حَدِيثُ مَكْحُولٍ عَنْ كَثِيرِ بْنِ مُرَّةَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ
شَعْبَانَ : " يَغْفِرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِأَهْلِ الْأَرْضِ إِلَّا
مُشْرِكٌ أَوْ مُشَاحِنٌ " ، قَالَ الْمُنْذِرِيُّ : رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ
وَقَالَ هَذَا مُرْسَلٌ جَيِّدٌ قَالَ : وَرَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ
وَالْبَيْهَقِيُّ أَيْضًا عَنْ مَكْحُولٍ عَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : "
يَطَّلِعُ اللَّهُ إِلَى عِبَادِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ
لِلْمُؤْمِنِينَ وَيُمْهِلُ الْكَافِرِينَ وَيَدَعُ أَهْلَ الْحِقْدِ بِحِقْدِهِمْ
حَتَّى يَدَعُوهُ " ، قَالَ الْبَيْهَقِيُّ : وَهُوَ أَيْضًا بَيْنَ مَكْحُولٍ
وَأَبِي ثَعْلَبَةَ مُرْسَلٌ جَيِّدٌ اِنْتَهَى . وَمِنْهَا حَدِيثُ عَلِيٍّ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : " إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا
لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ
الشَّمْسِ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ
فَأَغْفِرَ لَهُ أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلَّا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ
أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ " ، رَوَاهُ اِبْنُ
مَاجَهْ وَفِي سَنَدِهِ أَبُو بَكْرِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ
أَبِي سَبُرَةَ الْقُرَشِيُّ الْعَامِرِيُّ الْمَدَنِيُّ ، قِيلَ اِسْمُهُ عَبْدُ
اللَّهِ وَقِيلَ مُحَمَّدٌ وَقَدْ يُنْسَبُ إِلَى جَدِّهِ رَمَوْهُ بِالْوَضْعِ
كَذَا فِي التَّقْرِيبِ . وَقَالَ الذَّهَبِيُّ فِي الْمِيزَانِ : ضَعَّفَهُ
الْبُخَارِيُّ وَغَيْرُهُ . وَرَوَى عَبْدُ اللَّهِ وَصَالِحُ اِبْنَا أَحْمَدَ
عَنْ أَبِيهِمَا قَالَ : كَانَ يَضَعُ الْحَدِيثَ ، وَقَالَ النَّسَائِيُّ :
مَتْرُوكٌ اِنْتَهَى . فَهَذِهِ الْأَحَادِيثُ بِمَجْمُوعِهَا حُجَّةٌ عَلَى مَنْ
زَعَمَ أَنَّهُ لَمْ يَثْبُتْ فِي فَضِيلَةِ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
شَيْءٌ وَاَللَّهُ تَعَالَى أَعْلَمُ .
‘ ketahuilah bahwa sesungguhnya
berkenaan dengan keutamaan malam Nisfu Sya’ban terdapat beberapa hadis yang semuanya
menunjukan dasar bagi keutamaan malam Nisfu Sya’ban, di antaranya
adalah…………………………………………………(sampai akhir penjelasan). Hadis-hadis ini secara
keseluruhan merupakan hujjah atas orang yang menyangka bahwa tidak ada suatu
ketetapan dalam keutamaan malam Nisfu Sya’ban. Dan Allah Ta’ala yang lebih
mengetahui.”
HADIS-HADIS DALAM BUKU-BUKU
DIPASARAN
DI masyarakat umum juga banyak
beredar buku-buku yang juga menjelaskan tentang keutamaan Malam Nisfu Sya’ban
di antaranya buku kumpulan khotbah yang mungkin menjadi referensi sebagian
Khotib, di antaranya mencantumkan hadis yang artinya :
“ Allah mengangkat amal-amal hamba-Nya, secara
keseluruhan pada bulan ini (Sya’ban).”
Termasuk juga mencantumkan hadis tentang
keutamaan Bulan Sya’ban yang artinya :
“ keutamaan bulan Sya’ban atas
bulan-bulan yang lain, sebagimana keutamaanku atas seluruh para Nabi-Nabi yang
lain. Sementara keutamaan bulan Ramadhan atas bulan-bulan yang lain ,
sebagaimana ketumaan Allah atas para hamba-Naya.”
Namun dari kedua hadis di atas tidak
dicantumkan siapa perawinya dan dikutip dari kitab hadis mana. Dan Saya juga
belum sempat menemukan rujukannya.
Al Mundziri meriwayatkan secara Marfu’ yang
artinya :
“ Barangsiapa yang
menghidupkan dua malam hari raya dan malam Nisfu Sya’ban, maka hatinya tidak
akan mati pada saat hati-hati dalam kondisi mati.”
Namun riwayat di atas juga tidak
mencantumkan rujukannya dalam kitabnya yang mana. Kamipun belum sempat
meneliti. Mudah-mudahan dalam kesempatan lain. Wallahu A’lam.
PENAFSIRAN AYAT AL QUR’AN
تَنْبِيهٌ : اِعْلَمْ أَنَّ الْمُرَادَ مِنْ
لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى : { إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي
لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ
حَكِيمٍ } عِنْدَ الْجُمْهُورِ هِيَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ، وَقِيلَ هِيَ لَيْلَةُ
النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ ، وَقَوْلُ الْجُمْهُورِ هُوَ الْحَقُّ ، قَالَ
الْحَافِظُ بْنُ كَثِيرٍ : مَنْ قَالَ إِنَّهَا لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
فَقَدْ أَبْعَدَ ، فَإِنَّ نَصَّ الْقُرْآنِ أَنَّهَا فِي رَمَضَانَ اِنْتَهَى .
وَفِي الْمِرْقَاةِ شَرْحِ الْمِشْكَاةِ قَالَ جَمَاعَةٌ مِنْ السَّلَفِ : إِنَّ
الْمُرَادَ فِي الْآيَةِ هِيَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَّا أَنَّ
ظَاهِرَ الْقُرْآنِ بَلْ صَرِيحُهُ يَرُدُّهُ لِإِفَادَتِهِ فِي آيَةٍ أَنَّهُ
نَزَلَ فِي رَمَضَانَ وَفِي أُخْرَى أَنَّهُ نَزَلَ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَلَا
تَخَالُفَ بَيْنَهُمَا ؛ لِأَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ مِنْ جُمْلَةِ رَمَضَانَ ،
وَإِذَا ثَبَتَ أَنَّ هَذَا النُّزُولَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثَبَتَ أَنَّ
اللَّيْلَةَ الَّتِي يُفْرَقُ فِيهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ فِي الْآيَةِ هِيَ
لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَا لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ ، وَلَا نِزَاعَ فِي
أَنَّ لَيْلَةَ نِصْفِ شَعْبَانَ يَقَعُ فِيهَا فَرْقٌ كَمَا صَرَّحَ بِهِ
الْحَدِيثُ ، وَإِنَّمَا النِّزَاعُ فِي أَنَّهَا الْمُرَادَةُ مِنْ الْآيَةِ
وَالصَّوَابُ أَنَّهَا لَيْسَتْ مُرَادَةً مِنْهَا ، وَحِينَئِذٍ يُسْتَفَادُ مِنْ
الْحَدِيثِ وَالْآيَةِ وُقُوعُ ذَلِكَ الْفَرْقِ فِي كُلٍّ مِنْ اللَّيْلَتَيْنِ
إِعْلَامًا لِمَزِيدِ شَرَفِهَا ، وَيُحْتَمَلُ أَنْ يَكُونَ الْفَرْقُ فِي
أَحَدِهِمَا إِجْمَالًا وَفِي الْأُخْرَى تَفْصِيلًا أَوْ تُخَصُّ إِحْدَاهُمَا
بِالْأُمُورِ الدُّنْيَوِيَّةِ وَالْأُخْرَى بِالْأُمُورِ الْأُخْرَوِيَّةِ
وَغَيْرُ ذَلِكَ مِنْ الِاحْتِمَالَاتِ الْعَقْلِيَّةِ اِنْتَهَى .
AMALAN-AMALAN YANG TERKADANG ADA DI
MASYARAKAT
تَنْبِيهٌ آخَرُ :
قَالَ الْقَارِي فِي
الْمِرْقَاةِ : اِعْلَمْ أَنَّ الْمَذْكُورَ فِي اللَّآلِئِ أَنَّ مِائَةَ
رَكْعَةٍ فِي نِصْفِ شَعْبَانَ بِالْإِخْلَاصِ عَشْرَ مَرَّاتٍ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ
مَعَ طُولِ فَضْلِهِ لِلدَّيْلَمِيِّ وَغَيْرِهِ مَوْضُوعٌ ، وَفِي بَعْضِ
الرَّسَائِلِ قَالَ عَلِيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ : وَمِمَّا أُحْدِثَ فِي لَيْلَةِ
النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ الصَّلَاةُ الْأَلْفِيَّةُ مِائَةُ رَكْعَةٍ
بِالْإِخْلَاصِ عَشْرًا عَشْرًا بِالْجَمَاعَةِ ، وَاهْتَمُّوا بِهَا أَكْثَرَ
مِنْ الْجُمَعِ وَالْأَعْيَادِ ، لَمْ يَأْتِ بِهَا خَبَرٌ وَلَا أَثَرٌ إِلَّا
ضَعِيفٌ أَوْ مَوْضُوعٌ وَلَا تَغْتَرَّ بِذِكْرِ صَاحِبِ الْقُوتِ وَالْإِحْيَاءِ
وَغَيْرِهِمَا ، وَكَانَ لِلْعَوَامِّ بِهَذِهِ الصَّلَاةِ اِفْتِتَانٌ عَظِيمٌ
حَتَّى اِلْتَزَمَ بِسَبَبِهَا كَثْرَةُ الْوَقِيدِ وَتَرَتَّبَ عَلَيْهِ مِنْ
الْفُسُوقِ وَانْتِهَاكِ الْمَحَارِمِ مَا يُغْنَى عَنْ وَصْفِهِ حَتَّى خَشِيَ
الْأَوْلِيَاءُ مِنْ الْخَسْفِ وَهَرَبُوا فِيهَا إِلَى الْبَرَارِي . وَأَوَّلُ
حُدُوثٍ لِهَذِهِ الصَّلَاةِ بَيْتُ الْمَقْدِسِ سَنَةَ ثَمَانٍ وَأَرْبَعِينَ
وَأَرْبَعِمِائَةٍ ، قَالَ : وَقَدْ جَعَلَهَا جَهَلَةُ أَئِمَّةِ الْمَسَاجِدِ
مَعَ صَلَاةِ الرَّغَائِبِ وَنَحْوِهِمَا شَبَكَةً لِجَمْعِ الْعَوَامِّ وَطَلَبًا
لِرِيَاسَةِ التَّقَدُّمِ وَتَحْصِيلِ الْحُطَامِ ، ثُمَّ إِنَّهُ أَقَامَ اللَّهُ
أَئِمَّةَ الْهُدَى فِي سَعْيِ إِبْطَالِهَا فَتَلَاشَى أَمْرُهَا وَتَكَامَلَ
إِبْطَالُهَا فِي الْبِلَادِ الْمِصْرِيَّةِ وَالشَّامِيَّةِ فِي أَوَائِلِ سِنِي
الْمِائَةِ الثَّامِنَةِ . قِيلَ أَوَّلَ حُدُوثِ الْوَقِيدِ مِنْ الْبَرَامِكَةِ
وَكَانُوا عَبَدَةَ النَّارِ ، فَلَمَّا أَسْلَمُوا أَدْخَلُوا فِي الْإِسْلَامِ
مَا يُمَوِّهُونَ أَنَّهُ مِنْ سُنَنِ الدِّينِ وَمَقْصُودُهُمْ عِبَادَةُ
النِّيرَانِ حَيْثُ رَكَعُوا وَسَجَدُوا مَعَ الْمُسْلِمِينَ إِلَى تِلْكَ
النِّيرَانِ وَلَمْ يَأْتِ فِي الشَّرْعِ اِسْتِحْبَابُ زِيَادَةِ الْوَقِيدِ
عَلَى الْحَاجَةِ فِي مَوْضِعٍ ، وَمَا يَفْعَلُهُ عَوَامُّ الْحُجَّاجِ مِنْ
الْوَقِيدِ بِجَبَلِ عَرَفَاتٍ وَبِالْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَبِمِنًى فَهُوَ مِنْ
هَذَا الْقَبِيلِ . وَقَدْ أَنْكَرَ الطَّرَسُوسِيُّ الِاجْتِمَاعَ لَيْلَةَ
الْخَتْمِ فِي التَّرَاوِيحِ وَنَصْبَ الْمَنَابِرِ وَبَيَّنَ أَنَّهُ بِدْعَةٌ
مُنْكَرَةٌ . قَالَ الْقَارِي رَحِمَهُ اللَّهُ : مَا أَفْطِنُهُ وَقَدْ
اُبْتُلِيَ بِهِ أَهْلُ الْحَرَمَيْنِ الشَّرِيفَيْنِ حَتَّى فِي لَيَالِي
الْخَتْمِ يَحْصُلُ اِجْتِمَاعٌ مِنْ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالصِّغَارِ
وَالْعَبِيدِ مَا لَا يَحْصُلُ فِي الْجُمْعَةِ وَالْكُسُوفِ وَالْعِيدِ
وَيَسْتَقْبِلُونَ النَّارَ وَيَسْتَدْبِرُونَ بَيْتَ اللَّهِ الْمَلِكِ
الْجَبَّارِ وَيَقِفُونَ عَلَى هَيْئَةِ عَبَدَةِ النِّيرَانِ فِي نَفْسِ
الْمَطَافِ حَتَّى يُضَيَّقَ عَلَى الطَّائِفِينَ الْمَكَانُ وَيُشَوِّشُونَ
عَلَيْهِمْ وَعَلَى غَيْرِهِمْ مِنْ الذَّاكِرِينَ وَالْمُصَلِّينَ وَقُرَّاءِ
الْقُرْآنِ فِي ذَلِكَ الزَّمَانِ ، فَنَسْأَلُ اللَّهَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ
وَالْغُفْرَانَ وَالرِّضْوَانَ اِنْتَهَى كَلَامُ الْقَارِي مُخْتَصَرًا .
BERPUASA DIHARI MALAM NISFU SYA’BAN
تَنْبِيهٌ آخَرُ : لَمْ أَجِدْ فِي صَوْمِ يَوْمِ
لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ حَدِيثًا مَرْفُوعًا صَحِيحًا ، وَأَمَّا
حَدِيثُ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ الَّذِي رَوَاهُ اِبْنُ مَاجَهْ بِلَفْظِ :
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا
نَهَارَهَا إِلَخْ فَقَدْ عَرَفْت أَنَّهُ ضَعِيفٌ جَدًّا ، وَلِعَلِيٍّ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ فِيهِ حَدِيثٌ آخَرُ وَفِيهِ : فَإِنْ أَصْبَحَ فِي ذَلِكَ
الْيَوْمِ صَائِمًا كَانَ صِيَامُ سِتِّينَ سَنَةٍ مَاضِيَةٍ وَسِتِّينَ سَنَةٍ
مُسْتَقْبَلَةٍ ، رَوَاهُ اِبْنُ الْجَوْزِيِّ فِي الْمَوْضُوعَاتِ وَقَالَ :
مَوْضُوعٌ وَإِسْنَادُهُ مُظْلِمٌ .
PENULIS INDONESIA
Salah satu penulis dan juga Ulama
kontemporer Nusantara yang produktif menulis dan di antaranya membahas masalah
hadis-hadis Nisfu Sya’ban adalah bapak Prof. DR. KH. Ali Musthofa Ya’qub, MA. Dalam
bukunya hadis-hadis bermasalah. Beliau melakukan penelitian terhadap
hadis-hadis fadhilah dan shalat malam Nisfu Sya’ban. Dari beberapa hadis ada
yang maudhu, ada yang dha’if. Namun dalam disiplin ilmu hadis, hadis dha’if
apabila diriwayatkan pula dengan sanad lain maka ia meningkat kualitasnya
menjadi hasan lighairihi dengan syarat kelemahan hadis tersebut bukan lantaran
rawinya pendusta dan atau pelaku maksiat.
Berkenaan dengan hadis tentang Shalat
khusus malam nisfu Sya’ban yang artinya :
“orang-orang yang shalat pada malam nisfu
Sya’ban sebanyak dua belas raka’at dan dalam setiap raka’at membaca surat Al
Ikhlas sebanyak tiga puluh kali, maka ia tidak akan mati kecuali sudah melihat
tempat tingalnya di surge, dan ia akan memberi syafa’at kepada seluruh anggota
keluarganya yang telah ditetapkan untuk masuk neraka.”
Hadis di atas tercantum di dalam Al
Mudhu’at nya Ibnu AL Jauzi, Al La’ali al Masnu’at fi Al Ahadisil Maudhu’atnya
As Suyuthi dan Tanzih al Syariah al Marfu’a an Akhbar al Syani’ah al Mudhu’at
nya Ibnu Araq al Kannani.
Beliau memberikan kesimpulan bahwa
hadis-hadis tentang fadhilah malam nisfu Sya’ban nilainya Hasan, sementara
hadis-hadis tentang shalat khusus malam nisfu Sya’ban nilainya Maudhu’ (palsu).
Kita dapat saja mengamalkan hadis-hadis yang lainya hasan, misalnya dengan
memohon ampunan kepada Allah atau membaca Istighfar sebanyak-banyaknya.
ITULAH CATATAN-CATATAN TENTANG SYA’BAN
DAN NISFU SYA’BAN YANG MASIH PERLU BANYAK KAJIAN LEBIH DALAM LAGI. SAYA BELUM
MEMBERIKAN KESIMPULAN KARENA SAYA MERASA BUKAN ORANG YANG BERHAK UNTUK
BERIJITHAD, NAMUN KITA BISA MENGAMBIL KESIMPULAN DARI PENJELASAN PARA IMAM,
MUDAH-MUDAHHAN MENAMBAH WAWASAN DAN KEMANTAPAN PEMAHAMAN KITA. WALLAHU A’LAM
BISHOWAB.
Oleh : Al Faqir Muhammad Muallif la Jawi
15/07/2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar