Berbicara mengenai Nasikh dan mansukh sebenarnya kita membahas
persoalan yang sangat urgen, karena nasikh dan mansukh merupakan salah satu
cabang ilmu baik dalam Ulumul Qur’an maupun Ulumul Hadits.
Menurut istilah dalam ilmu hadis yang dimaksud dengan nasakh adalah
pembuat hukum mengangkat hukum yang terdahulu dengan hukum yang lain.
Pengetahuan mengenai nasikh dan mansukhnya suatu hadis merupakan
cabang ilmu yang amat penting lagi amat sulit. Az Zuhri berkata : “ perkara
yang paling melelahkan dan melemahkan para Fuqaha’ adalah mengetahui hadis yang
nasikh dan mansukh.” Tokoh yang terkenal dalam bidang ini adalah As Syafi’I,
beliau mempunyai kemampuan yang
mumpunidan tergolong pionernya. Imam Ahmad mengatakan kepada Ibnu Warah
(tatkala baru datang dari Mesir) :” apakah engkau telah mencatat kitab-kitabnya
Syafi’I ? ia menjawab : “tidak’. Maka Imam Ahmad menimpali : “ Engkau telah
lalai. kita tidak pernah mengetahui hadits yang mujmal dari yang mufassar, juga
hadis yang nasikh dari yang mansukh sampai kita duduk dengan As Sayafi’i.”
(Tadribur Rawi, Imam As Suyuthi & Taisir
Mustolah Hadis, Prof. DR Mahmud Thahan)
Imam Ali pernah menyaksikan seseorang bernama Abu Yahya yang tengah
berceramah di depan orang banyak. Lalu Ali bertanya kepadanya ? : “ Apakah anda
mengerti persoalan nasikh dan mansukh ? Abu Yahya menjawab : “ tidak”. Kata Ali
:” kalau begitu anda celaka dan mencelakakan orang lain.” Ali menarik
telinganya sambil berkata : “ mulai saat ini jangan lagi berceramah di masjid ini.”
(Mukhtashar al Nasikh wa Al Mansukh fi Hadits Rasulullah, DR. Izzuddin Husain
as Syaikh)
HADIS LARANGAN ZIARAH KUBUR ADALAH MANSUKH
Salah satu contoh
hadis yang mansukh adalah riwayat Imam Turmudzi :
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ عُمَرَ بْنِ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ
أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَعَنَ زَوَّارَاتِ الْقُبُورِ قَالَ وَفِي
الْبَاب عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ وَحَسَّانَ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا
حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رَأَى بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنَّ هَذَا كَانَ
قَبْلَ أَنْ يُرَخِّصَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي
زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَلَمَّا رَخَّصَ دَخَلَ فِي رُخْصَتِهِ الرِّجَالُ
وَالنِّسَاءُ و قَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّمَا كُرِهَ زِيَارَةُ الْقُبُورِ
لِلنِّسَاءِ لِقِلَّةِ صَبْرِهِنَّ وَكَثْرَةِ جَزَعِهِنَّ
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada
kami Abu 'Awanah dari Umar bin Abu Salamah dari Bapaknya dari Abu Hurairah
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat wanita-wanita yang
menziarahi kuburan. (Abu Isa At Tirmidzi) berkata; "Hadits semakna
diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Hassan bin Tsabit." Abu Isa berkata;
"Ini merupakan hadits Hasan shahih. Sebagian ulama berpendapat bahwa
larangan ini sebelum keluarnya keringanan dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam mengenai bolehnya menziarahi kuburan. Setelah beliau memberikan
keringanan di dalamnya, termasuk di dalamnya laki-laki maupun perempuan. Adapun
sebagian dari mereka berpendapat; dimakruhkannya berziarah atas wanita karena
sedikitnya kesabaran dan banyaknya keluh kesah mereka."(HR. Turmudzi)
Hadis di atas di mansukh atau dibatalkan oleh hadis-hadis di bawah
ini :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَمَحْمُودُ بْنُ
غَيْلَانَ وَالْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ قَالُوا حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمِ
النَّبِيلُ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ مَرْثَدٍ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ
بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ
الْقُبُورِ فَقَدْ أُذِنَ لِمُحَمَّدٍ فِي زِيَارَةِ قَبْرِ أُمِّهِ فَزُورُوهَا فَإِنَّهَا
تُذَكِّرُ الْآخِرَةَ قَالَ وَفِي الْبَاب
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ وَابْنِ مَسْعُودٍ وَأَنَسٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَأُمِّ سَلَمَةَ
قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ بُرَيْدَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا
عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ لَا يَرَوْنَ بِزِيَارَةِ الْقُبُورِ بَأْسًا وَهُوَ قَوْلُ
ابْنِ الْمُبَارَكِ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَإِسْحَقَ
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar dan Mahmud bin
Ghailan dan Al Hasan bin Ali Al Khallal mereka berkata; Telah menceritakan
kepada kami Abu 'Ashim An Nabil telah menceritakan kepada kami Sufyan dari
'Alqamah bin Martsad dari Sulaiman bin Buraidah dari Bapaknya berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Saya pernah melarang
kalian berziarah kubur. Sekarang telah diizinkan untuk Muhammad menziarahi
kuburan ibunya, maka berziarahlah, karena (berziarah kubur itu) dapat
mengingatkan akhirat." (Abu Isa At Tirmidzi) berkata; "Hadits semakna
diriwayatkan dari Abu Sa'id, Ibnu Mas'ud, Anas, Abu Hurairah dan Umu
Salamah." Abu Isa berkata; "Hadits Buraidah adalah hadits hasan
sahih. Ulama mengamalkannya mereka berpendapat bahwa ziarah kubur tidak
mengapa. Ini adalah pendapat Ibnu Mubarak, Syafi'i, Ahmad dan Ishaq"(HR.
Turmudzi)
Kebolehan Ziarah kubur itu meliputi laki-laki dan perempuan.Imam
Bukhari meriwayatkan dalam Sahihnya :
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِامْرَأَةٍ عِنْدَ قَبْرٍ وَهِيَ تَبْكِي فَقَالَ اتَّقِي اللَّهَ وَاصْبِرِي
“Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami
Syu'bah telah menceritakan kepada kami Tsabit dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu
berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berjalan melewati
seorang wanita yang sedang berada di kuburan dalam keadaan menangis. Maka
Beliau berkata;: \"Bertakwalah kamu kepada Allah dan bersabarlah"(HR.Bukhari)
Imam Ahmad juga meriwayatkan.
حَدَّثَنِي عَبْدُ الصَّمَدِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ وَأَبُو
دَاوُدَ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ الْمَعْنَى حَدَّثَنَا ثَابِتٌ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسًا
يَقُولُ لِامْرَأَةٍ مِنْ أَهْلِهِ أَتَعْرِفِينَ فُلَانَةَ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِهَا وَهِيَ تَبْكِي عَلَى قَبْرٍ فَقَالَ
لَهَا اتَّقِي اللَّهَ وَاصْبِرِي فَقَالَتْ لَهُ إِيَّاكَ عَنِّي فَإِنَّكَ لَا تُبَالِي
بِمُصِيبَتِي قَالَ وَلَمْ تَكُنْ عَرَفَتْهُ فَقِيلَ لَهَا إِنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخَذَ بِهَا مِثْلُ الْمَوْتِ فَجَاءَتْ إِلَى
بَابِهِ فَلَمْ تَجِدْ عَلَيْهِ بَوَّابًا فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي لَمْ
أَعْرِفْكَ فَقَالَ إِنَّ الصَّبْرَ عِنْدَ أَوَّلِ صَدْمَةٍ
“Telah bercerita kepadaku Abdushomad telah menceritakan kepada kami
Syu'bah dan Abu Daud, berkata: telah mengabarkan kepada kami Syu'bah secara
makna. Telah menceritakan kepada kami Tsabit, ia berkata, saya mendengar Anas
pernah berkata kepada seorang wanita, \"Apakah kau tahu wanita yang ketika
Rasul Shallallahu'alaihi Wasallam menjumpainya sedang menangis diatas sebuah
kuburan, maka Rasul menegur wanita tersebut dengan mengatakan,
"bertakwalah pada Allah dan bersabarlah!." Maka si wanita tersebut
malah menjawab; "Pergi kau!, karena kamu tidak tahu dengan musibah yang
kualami." Anas Berkata, "si wanita belum mengenal si penegur, maka
ketika ia diberi informasi bahwa dia adalah Rasulullah Shallallahu'alaihi
WaSallam, si wanita itu kontan bergegas mencarinya seperti orang yang akan
meninggal dan mendatangi rumahnya, namun tidak ada penjaganya. Lalu wanita itu
berkata, "Maaf ya Rasulullah, tadi saya belum mengenal anda. " Maka
Rasul bersabda, "Sesungguhnya kesabaran itu terlihat ketika gejolak
pertama.."(HR. Ahmad)
Imam Turmudzi meriwayatkan :
حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ حُرَيْثٍ حَدَّثَنَا عِيسَى
بْنُ يُونُسَ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ قَالَ تُوُفِّيَ عَبْدُ
الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي بَكْرٍ بِحُبْشِيٍّ قَالَ فَحُمِلَ إِلَى مَكَّةَ فَدُفِنَ
فِيهَا فَلَمَّا قَدِمَتْ عَائِشَةُ أَتَتْ قَبْرَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ
فَقَالَتْ وَكُنَّا كَنَدْمَانَيْ جَذِيمَةَ حِقْبَةً مِنْ الدَّهْرِ حَتَّى قِيلَ لَنْ
يَتَصَدَّعَا فَلَمَّا تَفَرَّقْنَا
كَأَنِّي وَمَالِكًا لِطُولِ اجْتِمَاعٍ
لَمْ نَبِتْ لَيْلَةً مَعَا ثُمَّ قَالَتْ
وَاللَّهِ لَوْ حَضَرْتُكَ مَا دُفِنْتَ إِلَّا حَيْثُ مُتَّ وَلَوْ شَهِدْتُكَ مَا
زُرْتُكَ
“Telah menceritakan kepada kami Al Husain bin Huraits, telah
menceritakan kepada kami Isa bin Yunus dari Ibnu Juraij dari Abdullah bin Abu
Mulaikah berkata; "Abdurrahman bin Abu Bakar meninggal di Hubsyi. Kemudian
dia dibawa ke Makkah dan dikubur di dalamnya. Tatkala Aisyah datang, dia
mengunjungi kuburan Abdullah bin Abu Bakar, lalu berkata; "Kami adalah
orang yang duduk di suatu raja di Iraq dalam waktu yang lama (empat puluh tahun)
sampai dikatakan tidak akan berpisah lagi. Tatkala kami berpisah, seolah saya
dan si mayit karena lamanya bersatu, belum pernah sekalipun bermalam
bersama." Lalu dia berkata; "Demi Allah, kalau saja saya hadir pada
(kematian) mu, niscaya kamu tidak akan dikubur kecuali di tempat kamu
meninggal. Seandainya saya menyaksikanmu, niscaya saya tidak akan
mengunjungimu."(HR. Turmudzi)
Hadis-hadis tersebut menunjukan bolehnya menziarahi kubur, baik
laki-laki maupun perempuan. Dan hadis-hadis ini menasakh atau membatalkan
hadis-hadis terdahulu di atas & yang semakna yang melarang ziarah kubur. Artinya hadis-hadis larangan ziarah kubur itu sudah tidak di amalkan.
Demikian mudah-mudahan menambah wawasan. wallahua'lam.
Demikian mudah-mudahan menambah wawasan. wallahua'lam.
Muhammad Muallif
Ciputat, 29 Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar