Ketika memasuki bulan Rajab ada sesuatu yang menjadi perhatian
nenek dan juga istri yaitu berpuasa, mereka mewanti-wanti dari mulai tanggal
satu untuk besoknya bersiap-siap berpuasa di bulan rajab. Kebiasaan itu
merupakan tradisi yang sudah turun-temurun yang diwariskan oleh orang tua dan
itu merupakan tradisi sebagian masyarakat muslim Indonesia.
Tradisi itu berjalan begitu saja diterima dengan referensi apa yang
disampaikan orang tua tanpa dimulai dari menelaah sejumlah reverensi
kitab-kitab karena tidak semua orang memilki kemampuan untuk membaca dan
memahami kitab-kitab berbahasa Arab, Kecuali bagi kalangan terpelajar muslim
yang tentunya mereka tidak hanya mewarisi tradisi saja tetapi juga
memperdebatkan dan juga mendalami secara ilmiah tentang puasa Rajab yang sudah
menjadi tradisi.
Tradisi yang baik yang diterima dari orang tua kita adalah sesuatu
hal yang perlu dan bahkan wajib untuk dijaga dan dilestarikan. Sebagai seorang
muslim, kami adalah orang yang mewarisi keislaman kami dari orang tua kami,
kami mengetahui Islam juga lantaran pendidikan Islam orang tua kami, kami
mengenal rukun Islam, mengetahui rukun Iman, bisa membaca Al Qur’an dan Hadis
serta pengetahuan keislaman yang lain juga lantaran dari orang tua kami. Oleh karena
itu tradisi yang sudah berurat berakar dari orang tua kami itu wajib untuk di
pertahankan dan terus di lestarikan sampai titik darah penghabisan.
Sebagai seorang muslim yang terpelajar, tentunya Kita tahu bahwa
bulan Rajab adalah termasuk salah satu Asyhurul Hurum atau
bulan-bulan yang dimuliakan. Allah SWT berfirman :
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ
اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا
فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا
يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua
belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka
janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah
kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan
ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”(QS. At Taubah :
36)
Imam Bukhari meriwayatkan tentang penjelasan ayat di
atas :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ
الْوَهَّابِ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ ابْنِ
أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الزَّمَانَ
قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ
اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ
وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
“Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin 'Abdul
Wahhab Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Muhammad
dari Ibnu Abu Bakrah dari Abu Bakrah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Sesungguhnya waktu telah berputar sebagaimana mestinya, hal itu
ditetapkan pada hari Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun ada dua
belas bulan, diantaranya ada empat bulan yang mulia. Tiga darinya
berturut-turut, yaitu Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab yang
biasa diagungkan Bani Mudlar yaitu antara Jumadil tsani dan Sya'ban.'(HR.
Bukhari)
KEUTAMAAN BERPUASA
Tentang keutamaan berpuasa Allah SWT berfirman.
…..فَمَنْ تَطَوَّعَ
خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ
تَعْلَمُونَ
“……Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan
kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui.(QS. Al Baqarah : 184)
Imam Bukhari meriwayatkan.
حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ
حَدَّثَنَا هِشَامٌ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ ابْنِ الْمُسَيَّبِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصَّوْمَ
فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَلَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ
مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Muhammad
telah menceritakan kepada kami Hisyam telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari
Az Zuhri dari Ibnu Musayyab dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Semua amalan bani Adam
adalah untuknya kecuali puasa, sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku (Allah), dan
Aku lah yang membalasnya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi
di sisi Allah dari pada harumnya minyak wangi."(HR. Bukhari)
HADIS-HADIS PUASA BULAN HARAM
Imam Ibnu Majah meriwayatkan berkenaan dengan Puasa pada bulan-bulan
haram.
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا
وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ الْجُرَيْرِيِّ عَنْ أَبِي السَّلِيلِ عَنْ أَبِي مُجِيبَةَ
الْبَاهِلِيِّ عَنْ أَبِيهِ أَوْ عَنْ عَمِّهِ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ أَنَا الرَّجُلُ الَّذِي أَتَيْتُكَ
عَامَ الْأَوَّلِ قَالَ فَمَا لِي أَرَى جِسْمَكَ نَاحِلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
مَا أَكَلْتُ طَعَامًا بِالنَّهَارِ مَا أَكَلْتُهُ إِلَّا بِاللَّيْلِ قَالَ مَنْ
أَمَرَكَ أَنْ تُعَذِّبَ نَفْسَكَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أَقْوَى قَالَ
صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمًا بَعْدَهُ قُلْتُ إِنِّي أَقْوَى قَالَ صُمْ شَهْرَ
الصَّبْرِ وَيَوْمَيْنِ بَعْدَهُ قُلْتُ إِنِّي أَقْوَى قَالَ صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ
وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ بَعْدَهُ وَصُمْ أَشْهُرَ الْحُرُمِ
“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata,
telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Al Jurairi dari Abu As
Salil dari Abu Mujibah Al Bahili dari Bapaknya atau dari Pamannya ia berkata, "Aku
mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, "Wahai Nabi
Allah, aku adalah seorang yang mendatangimu pada tahun pertama. " Beliau
bertanya: "Kenapa aku melihat tubuhmu menjadi kurus?" Ia menjawab,
"Wahai Rasulullah, aku tidak makan di siang hari, aku makan di malam hari.
" Beliau bertanya: "Siapa yang memerintahkanmu untuk menyiksa
diri?" Aku menjawab, "Wahai Rasulullah, tapi aku mampu! " Beliau
bersabda: "Berpuasalah pada bulan sabar (ramadlan) dan dua hari
setelahnya. " Aku menjawab, "Sesungguhnya aku masih kuat. "
Beliau bersabda: "Berpuasalah pada bulan ramadlan dan dua hari setelahnya.
" Aku menjawab, "Sesungguhnya aku masih kuat. " Beliau bersabda:
"Puasalah pada bulan ramadlan, tiga hari setelahnya, dan pada bulan-bulan
haram. " "(HR. Ibnu Majah, Kitab Puasa Bab Puasa Bulan
Muharram) ( Hadis ini dinilai Dha’if oleh Albani)
Imam Abu Daud meriwayatkan.
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ
عَنْ سَعِيدٍ الْجُرَيْرِيِّ عَنْ أَبِي السَّلِيلِ عَنْ مُجِيبَةَ الْبَاهِلِيَّةِ
عَنْ أَبِيهَا أَوْ عَمِّهَا أَنَّهُ أَتَى
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَأَتَاهُ بَعْدَ
سَنَةٍ وَقَدْ تَغَيَّرَتْ حَالُهُ وَهَيْئَتُهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمَا
تَعْرِفُنِي قَالَ وَمَنْ أَنْتَ قَالَ أَنَا الْبَاهِلِيُّ الَّذِي جِئْتُكَ عَامَ
الْأَوَّلِ قَالَ فَمَا غَيَّرَكَ وَقَدْ كُنْتَ حَسَنَ الْهَيْئَةِ قَالَ مَا أَكَلْتُ
طَعَامًا إِلَّا بِلَيْلٍ مُنْذُ فَارَقْتُكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَ عَذَّبْتَ نَفْسَكَ ثُمَّ قَالَ صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمًا
مِنْ كُلِّ شَهْرٍ قَالَ زِدْنِي فَإِنَّ بِي قُوَّةً قَالَ صُمْ يَوْمَيْنِ قَالَ
زِدْنِي قَالَ صُمْ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ قَالَ زِدْنِي قَالَ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ
صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ
الثَّلَاثَةِ فَضَمَّهَا ثُمَّ أَرْسَلَهَا
“Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il, Telah
menceritakan kepada kami Hammad dari Sa'id Al Jurairi, dari Abu As Salil dari
Mujibah Al Bahili, dari ayahnya atau pamannya bahwa ia datang kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam kemudian pergi, kemudian ia datang kepada beliau
setelah satu tahun, dan keadaan serta penampilannya telah berubah. Kemudian ia
berkata; wahai Rasulullah, apakah engkau mengenalku? Beliau berkata:
"Siapa kamu?" Ia berkata; saya adalah Al Bahili yang telah datang
kepada engkau pada tahun pertama. Beliau berkata: "Apakah yang telah
mengubahmu? Dahulu penampilanmu baik." Ia berkata; saya tidak makan
kecuali pada malam hari semenjak saya berpisah dengan engkau. Kemudian
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kenapa engkau menyiksa
dirimu?" kemudian beliau berkata: "Berpuasalah pada bulan yang penuh
kesabaran (Bulan Ramadhan), dan satu hari setiap bulan." Ia berkata;
tambahkan untukku, karena sesungguhnya saya kuat. Beliau berkata: "Berpuasalah
dua hari!" Ia berkata; tambahkan untukku! Beliau berkata:
"Berpuasalah tiga hari!\" Ia berkata; tambahkan untukku! Beliau
berkata: "Berpuasalah sebagian dari bulan hurum (Rajab, Dzul Qa'dah, Dzul
Hijjah dan Al Muharram)." Beliau mengatakannya dengan memberi isyarat
menggunakan ketiga jari-jarinya, beliau menggenggamnya kemudian membukanya.(HR.
Abu Daud no. 2073)
(Albani menlai hadis ini Dhaif, Ishomuddin As Shababathiyy menilai sanad hadis ini Dhaif )
(Albani menlai hadis ini Dhaif, Ishomuddin As Shababathiyy menilai sanad hadis ini Dhaif )
Imam Ahmad meriwayatkan.
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنَا الْجُرَيْرِيُّ
عَنْ أَبِي السَّلِيلِ قَالَ حَدَّثَتْنِي مُجِيبَةُ عَجُوزٌ مِنْ بِاهِلَةَ عَنْ أَبِيهَا
أَوْ عَنْ عَمِّهَا قَالَ
أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لِحَاجَةٍ مَرَّةً فَقَالَ مَنْ أَنْتَ قَالَ أَوَ مَا تَعْرِفُنِي قَالَ وَمَنْ أَنْتَ
قَالَ أَنَا الْبَاهِلِيُّ الَّذِي أَتَيْتُكَ عَامَ أَوَّلٍ قَالَ فَإِنَّكَ أَتَيْتَنِي
وَجِسْمُكَ وَلَوْنُكَ وَهَيْئَتُك حَسَنَةٌ فَمَا بَلَغَ بِكَ مَا أَرَى فَقَالَ إِنِّي
وَاللَّهِ مَا أَفْطَرْتُ بَعْدَكَ إِلَّا لَيْلًا قَالَ مَنْ أَمَرَكَ أَنْ تُعَذِّبَ
نَفْسَكَ مَنْ أَمَرَكَ أَنْ تُعَذِّبَ نَفْسَكَ مَنْ أَمَرَكَ أَنْ تُعَذِّبَ نَفْسَكَ
ثَلَاثَ مَرَّاتٍ صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ رَمَضَانَ قُلْتُ إِنِّي أَجِدُ قُوَّةً وَإِنِّي
أُحِبُّ أَنْ تَزِيدَنِي فَقَالَ فَصُمْ يَوْمًا مِنْ الشَّهْرِ قُلْتُ إِنِّي أَجِدُ
قُوَّةً وَإِنِّي أُحِبُّ أَنْ تَزِيدَنِي قَالَ فَيَوْمَيْنِ مِنْ الشَّهْرِ قُلْتُ
إِنِّي أَجِدُ قُوَّةً وَإِنِّي أُحِبُّ أَنْ تَزِيدَنِي قَالَ وَمَا تَبْغِي عَنْ
شَهْرِ الصَّبْرِ وَيَوْمَيْنِ فِي الشَّهْرِ قَالَ قُلْتُ إِنِّي أَجِدُ قُوَّةً وَإِنِّي
أُحِبُّ أَنْ تَزِيدَنِي قَالَ فَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ الشَّهْرِ قَالَ وَأَلْحَمَ
عِنْدَ الثَّالِثَةِ فَمَا كَادَ قُلْتُ إِنِّي أَجِدُ قُوَّةً وَإِنِّي أُحِبُّ أَنْ
تَزِيدَنِي قَالَ فَمِنْ الْحُرُمِ وَأَفْطِرْ
“Telah menceritakan kepada kami Isma'il, telah menceritakan kepada
kami Al Jurairi dari Abu Salil ia berkata; telah menceritakan kepadaku Mujibah
seorang yang sudah lanjut usia dari Bahilah, dari Ayahnya atau dari pamannya,
dia berkata; "Suatu kali, aku pernah datang kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam untuk suatu keperluan. Beliau kemudian bersabda:
"Siapakah kamu?." Dia berkata, 'Tidakkah Anda mengenal saya? ' Beliau
bersabda lagi: "Siapakah kamu?." Dia berkata; 'Saya adalah orang
Bahili yang mendatangi Anda pada tahun pertama.' Beliau bersabda:
"Sesungguhnya kamu dulu mendatangiku dengan badan, warna kulit, dan
penampilan yang bagus. Lantas apa yang menyebabkanmu menjadi sebagaimana yang
kulihat ini?." Dia menjawab; 'Demi Allah, saya tidak pernah makan setelah
(aku berpisah dengan) anda kecuali di malam hari.' Sabda beliau: "Siapakah
yang memerintahkanmu menyiksa diri? 'Siapakah yang memerintahkanmu menyiksa
diri? 'Siapakah yang memerintahkanmu menyiksa diri?." (beliau
mengulanginya hingga tiga kali), Berpuasalah pada bulan kesabaran, yaitu
Ramadhan" Aku berkata; 'Sesungguhnya saya masih kuat dan saya ingin Anda
menambahnya untuk saya'. Sabda beliau: "Berpuasalah satu hari setiap
bulan." Kukatakan, 'Sesungguhnya saya masih kuat dan saya ingin Anda menambahnya
untuk saya.' Beliau bersabda: "Berpuasalah dua hari setiap bulan."
Kukatakan; 'Sesungguhnya saya masih kuat dan saya ingin Anda menambahnya untuk
saya.' Beliau bersabda: "Kamu tidak akan mampu melaksanakan pada bulan
kesabaran (Ramadhan) dan dua hari pada tiap bulan." 'Aku berkata;
'Sesungguhnya saya masih kuat dan saya ingin Anda menambahnya untuk saya.'
Beliau bersabda: "Kalau begitu, tiga hari." Beliau berkata sembari
menajamkan pandangannya pada kali yang ketiga. Aku tetap saja berkata;
'Sesungguhnya saya masih kuat dan saya ingin Anda menambahnya untuk saya.'
Beliau bersabda: "(Berpuasalah) pada bulan-bulan haram, dan berbukalah."(HR.
Ahmad no. 19435)
HADIS-HADIS PUASA DI LUAR BULAN RAMADHAN
Imam Muslim membuat bab khusus tentang Puasanya Nabi SAW diluar
bulan ramadhan dan dianjurkannya tidak mengosongkan bulan dari berpuasa, dengan
menyebutkan beberapa hadis di antaranya.
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا يَزِيدُ
بْنُ زُرَيْعٍ عَنْ سَعِيدٍ الْجُرَيْرِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ قَالَ
قُلْتُ لِعَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا
هَلْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَصُومُ شَهْرًا مَعْلُومًا سِوَى رَمَضَانَ قَالَتْ وَاللَّهِ إِنْ صَامَ شَهْرًا
مَعْلُومًا سِوَى رَمَضَانَ حَتَّى مَضَى لِوَجْهِهِ وَلَا أَفْطَرَهُ حَتَّى يُصِيبَ
مِنْهُ
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya telah mengabarkan
kepada kami Yazid bin Zurai' dari Sa'id Al Jurairi dari Abdullah bin Syaqiq ia
berkata, saya bertanya kepada Aisyah, "Apakah Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam pernah berpuasa selama satu bulan penuh secara terang-terangan selain
di bulan Ramadlan?" Aisyah menjawab, "Demi Allah, beliau belum pernah
berpuasa sebulan penuh secara terang-terangan selain bulan Ramadlan hingga
diangkatnya beliau ke Ar Rafi' Al A'la (kedudukan yang tinggi), dan beliau juga
belum pernah berbuka terus menerus (maksudnya tidak puasa) sebulan penuh diluar
Ramadhan, hingga ada diantaranya yang beliau isi dengan puasa."(HR.
Muslim)
Serta hadis-hadis yang lain Dan hadis tentang puasa Rajab.
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا
عُثْمَانُ بْنُ حَكِيمٍ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ سَأَلْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ
صَوْمِ رَجَبٍ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِي رَجَبٍ فَقَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُا كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ
حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ و حَدَّثَنِيهِ
عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ ح و حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ
بْنُ مُوسَى أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ كِلَاهُمَا عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حَكِيمٍ
فِي هَذَا الْإِسْنَادِ بِمِثْلِهِ
“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair -dalam riwayat lain- Dan Telah
menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami bapakku
telah menceritakan kepada kami Utsman bin Hakim Al Anshari ia berkata; Saya
bertanya kepada Sa'id bin Jubair mengenai puasa Rajab, dan saat itu kami
berada di bulan Rajab. Maka ia pun menjawab; Saya telah mendengar Ibnu
Abbas radliallahu 'anhuma berkata; Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
pernah berpuasa hingga kami berkata berkata bahwa beliau tidak akan berbuka.
Dan beliau juga pernah berbuka hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan
puasa." Dan telah meceritakannya kepadaku Ali bin Hujr telah menceritakan
kepada kami Ali bin Mushir -dalam riwayat lain- Dan telah menceritakan kepadaku
Ibrahim bin Musa telah mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus keduanya dari
Utsman bin Hakim di dalama isnad ini, yakni dengan hadits semisalnya. (HR.
Muslim)
HADIS-HADIS PUASA RAJAB
Berkenaan dengan puasa Rajab ada beberapa hadis yang secara
langsung menyinggung puasa rajab di antaranya.
Imam Muslim meriwayatkan.
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا
عُثْمَانُ بْنُ حَكِيمٍ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ سَأَلْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ
صَوْمِ رَجَبٍ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِي رَجَبٍ فَقَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُا كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ
حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ و حَدَّثَنِيهِ
عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ ح و حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ
بْنُ مُوسَى أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ كِلَاهُمَا عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حَكِيمٍ
فِي هَذَا الْإِسْنَادِ بِمِثْلِهِ
“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair -dalam riwayat lain- Dan Telah
menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami bapakku
telah menceritakan kepada kami Utsman bin Hakim Al Anshari ia berkata; Saya
bertanya kepada Sa'id bin Jubair mengenai puasa Rajab, dan saat itu kami
berada di bulan Rajab. Maka ia pun menjawab; Saya telah mendengar Ibnu
Abbas radliallahu 'anhuma berkata; Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
pernah berpuasa hingga kami berkata berkata bahwa beliau tidak akan berbuka.
Dan beliau juga pernah berbuka hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan
puasa." Dan telah meceritakannya kepadaku Ali bin Hujr telah menceritakan
kepada kami Ali bin Mushir -dalam riwayat lain- Dan telah menceritakan kepadaku
Ibrahim bin Musa telah mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus keduanya dari
Utsman bin Hakim di dalama isnad ini, yakni dengan hadits semisalnya. (HR.
Muslim)
Imam Abu Daud meriwayatkan.
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا عِيسَى
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ يَعْنِي ابْنَ حَكِيمٍ قَالَ سَأَلْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ
عَنْ صِيَامِ رَجَبٍ فَقَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ
لَا يَصُومُ
“Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa, telah
menceritakan kepada kami Isa, telah menceritakan kepada kami Utsman bin Hakim,
ia beraka; saya bertanya kepada Sa'id bin Jubair, mengenai puasa Rajab.
Ia berkata; telah mengabarkan kepadaku Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam pernah berpuasa hingga kami mengatakan; beliau tidak berbuka.
Dan beliau berbuka hingga kami mengatakan; beliau tidak berpuasa.(HR. Abu Daud.
No.2075) *) Al Mundziri berkata : Dikeluarkan juga oleh Al Bukhari, Muslim, At Turmudzi dan Ibnu Majah. Hadis Sahih.
حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ مَوْلَى أَسْمَاءَ قَالَ أَرْسَلَتْنِي أَسْمَاءُ إِلَى ابْنِ
عُمَرَ أَنَّهُ بَلَغَهَا أَنَّكَ تُحَرِّمُ أَشْيَاءَ ثَلَاثَةً الْعَلَمَ فِي الثَّوْبِ
وَمِيثَرَةَ الْأُرْجُوَانِ وَصَوْمَ رَجَبٍ كُلِّهِ فَقَالَ أَمَّا مَا ذَكَرْتَ مِنْ
صَوْمِ رَجَبٍ فَكَيْفَ بِمَنْ يَصُومُ الْأَبَدَ وَأَمَّا مَا ذَكَرْتَ مِنْ الْعَلَمِ
فِي الثَّوْبِ فَإِنِّي سَمِعْتُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ لَبِسَ الْحَرِيرَ فِي الدُّنْيَا
لَمْ يَلْبَسْهُ فِي الْآخِرَةِ
“Telah menceritakan kepada kami Yahya dari Abdul Malik Telah
menceritakan kepada kami Abdullah budak Asma' dia berkata; 'Asma' mengutusku
kepada Ibnu Umar (untuk menyampaikan) bahwa telah sampai kepadanya, "Bahwa
kamu mengharamkan tiga hal; gambar pada pakaian, pelana dari sutera berwarna
merah dan puasa di seluruh bulan Rajab." Maka Ibnu Umar berkata;
"Adapun yang kamu sebutkan tentang puasa Rajab, maka bagaimana
dengan orang yang berpuasa sepanjang masa, dan adapun yang kamu sebutkan
tentang gambar pada pakaian, maka aku mendengar Umar berkata; aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa memakai
sutra di dunia, maka tidak akan memakainya di akhirat nanti. " (HR. Ahmad
no. 176)
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ الْحِزَامِيُّ
حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ عَطَاءٍ حَدَّثَنِي زَيْدُ بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ زَيْدِ بْنِ الْخَطَّابِ عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ
عَبَّاسٍ أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ صِيَامِ رَجَبٍ
“Telah menceritakan kepada kami Ibrahim Ibnul Mundzir Al Hizami
berkata, telah menceritakan kepada kami Dawud bin 'Atho` berkata, telah
menceritakan kepadaku Zaid bin Abdul Hamid bin 'Abdurrahman bin Zaid Ibnul
Khaththab dari Sulaiman dari Bapaknya dari Ibnu Abbas berkata, "Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam melarang puasa rajab. "(HR. Ibnu Majah,
Kitab Puasa Bab Puasa Bulan Muharram) ( hadis ini
dinilai Dha’if Jiddan oleh Albani)
PENJELASAN ULAMA TENTANG HADIS-HADIS DI ATAS.
Tetang puasa di bulan haram.
Al ‘AllamahAbu Toyyib Muhammad Syamsul Haq Al ‘Adzim Abadi
menjelaskan tentang hadis puasa di bulan Haram.
“….(Berpuasalah sebagian dari bulan hurum) dengan dua Dhommah yaitu
: bulan-bulan haram yang terdiri dari 4 bulan yang disebutkan Allah SWT di
dalam Kitab Al Qur’an, maka Allah berfirman : “Sesungguhnya
bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di
waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram….”. Yaitu bulan Rajab,
Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah dan Al Muharram. Dan dikatakan kepada Al A’rabi :
berapa jumlah bulan Haram ? maka dia menjawab : empat, tiga sard (berurutan)
dan satu fard (sendiri)....(sampai selesai).
(Beliau mengatakannya dengan memberi isyarat menggunakan ketiga
jari-jarinya), maksudnya berpuasalah engkau dari bulan haram hari-hari yang
kamu kehendaki, dan beliau memberi isyarat dengan ketiga jarinya bahwa beliau
tidak menambah tiga hari berturut-turut, dan setelah tiga hari tidak berpuasa
satu atau dua hari, yang lebih mendekati adalah isyarat itu menunjukan bahwa
beliau berpuasa tiga hari dan tidak berpuasa tiga hari. Wallahu A’lam. Itulah
yang dikatakan Imam As Sindi. (‘Aunul Ma’bud, Darul Hadis, Juz 4 halaman 507).
Imam An Nawawi menjelaskan :
) بَاب
صِيَامِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَيْر رَمَضَان
وَاسْتِحْبَاب أَنْ لَا يُخْلِي شَهْرًا عَنْ صَوْم(
)فِيهِ حَدِيث
عَائِشَة ( أَنَّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا صَامَ شَهْرًا
كُلّه إِلَّا رَمَضَان وَلَا أَفْطَرَهُ كُلّه حَتَّى يُصِيبَ مِنْهُ ) . وَفِي
رِوَايَة : ( يَصُوم مِنْهُ ) ، وَفِي رِوَايَة : ( كَانَ يَصُوم حَتَّى نَقُول :
قَدْ صَامَ ، قَدْ صَامَ ، وَيُفْطِر حَتَّى نَقُول : قَدْ أَفْطَرَ ، قَدْ
أَفْطَرَ ) ، وَفِي رِوَايَة : ( يَصُوم حَتَّى نَقُول : لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ
حَتَّى نَقُول لَا يَصُومُ وَمَا رَأَيْته فِي شَهْر أَكْثَر مِنْهُ صِيَامًا فِي
شَعْبَان ) ، وَفِي رِوَايَة : ( كَانَ يَصُوم شَعْبَان كُلّه ، كَانَ يَصُوم
شَعْبَان إِلَّا قَلِيلًا ) .فِي
هَذِهِ الْأَحَادِيث أَنَّهُ يُسْتَحَبُّ أَلَّا يُخْلِيَ شَهْرًا مِنْ صِيَام ،
وَفِيهَا : أَنَّ صَوْم النَّفْل غَيْر مُخْتَصٍّ بِزَمَانٍ مُعَيَّنٍ ، بَلْ كُلّ
السَّنَة صَالِحَة لَهُ إِلَّا رَمَضَانَ وَالْعِيدَ وَالتَّشْرِيقَ .
وَقَوْلهَا : ( كَانَ يَصُوم شَعْبَان
كُلّه ، كَانَ يَصُومُهُ إِلَّا قَلِيلًا ) الثَّانِي تَفْسِيرٌ لِلْأَوَّلِ ،
وَبَيَان أَنَّ قَوْلهَا كُلّه أَيْ غَالِبُهُ ، وَقِيلَ : كَانَ يَصُومهُ كُلّه
فِي وَقْتٍ ، وَيَصُوم بَعْضَهُ فِي سَنَة أُخْرَى ، وَقِيلَ : كَانَ يَصُوم
تَارَةً مِنْ أَوَّلِهِ ، وَتَارَةً مِنْ آخِرِهِ ، وَتَارَةً بَيْنَهُمَا ، وَمَا
يُخْلِي مِنْهُ شَيْئًا بِلَا صِيَام لَكِنْ فِي سِنِينَ ، وَقِيلَ : فِي تَخْصِيص
شَعْبَان بِكَثْرَةِ الصَّوْم لِكَوْنِهِ تُرْفَعُ فِيهِ أَعْمَال الْعِبَاد ،
وَقِيلَ غَيْر ذَلِكَ ، فَإِنْ قِيلَ : سَيَأْتِي قَرِيبًا فِي الْحَدِيث الْآخَر
أَنَّ أَفْضَلَ الصَّوْم بَعْد رَمَضَان صَوْم الْمُحَرَّم فَكَيْفَ أَكْثَرَ
مِنْهُ فِي شَعْبَان دُون الْمُحَرَّم ؟ فَالْجَوَاب : لَعَلَّهُ لَمْ يَعْلَمْ
فَضْلَ الْمُحَرَّم إِلَّا فِي آخِر الْحَيَاة قَبْل التَّمَكُّن مِنْ صَوْمه ،
أَوْ لَعَلَّهُ كَانَ يَعْرِض فِيهِ أَعْذَارٌ تَمْنَع مِنْ إِكْثَار الصَّوْم
فِيهِ كَسَفَرٍ وَمَرَضٍ وَغَيْرِهِمَا ، قَالَ الْعُلَمَاء : وَإِنَّمَا لَمْ
يَسْتَكْمِلْ غَيْرَ رَمَضَانَ لِئَلَّا يُظَنَّ وُجُوبُهُ .
“Dan sabda Nabi SAW ( lakukanlah amal ibadah
sesui dengan kemampuanmu !…) sampai akhir hadis. Hadis ini sudah lebih dahulu
ada syarah dan penjelasannya secara gamblang dalam kitab As Shalat, sebelum
kitab Al Qira’ah dan hadis-hadis Al Qur’an.(* kalimat ini tidak tercantum dalam
maktabah syamilah).
قَوْله : ( سَأَلْت سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صَوْم
رَجَب ، فَقَالَ : سَمِعْت اِبْن عَبَّاس يَقُول : كَانَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوم حَتَّى نَقُول : لَا يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ
: لَا يَصُومُ )
الظَّاهِر أَنَّ مُرَاد سَعِيد بْن جُبَيْر بِهَذَا
الِاسْتِدْلَال أَنَّهُ لَا نَهْيَ عَنْهُ ، وَلَا نَدْب فِيهِ لِعَيْنِهِ ، بَلْ لَهُ
حُكْم بَاقِي الشُّهُور ، وَلَمْ يَثْبُت فِي صَوْم رَجَب نَهْيٌ وَلَا نَدْبٌ لِعَيْنِهِ
، وَلَكِنَّ أَصْلَ الصَّوْمِ مَنْدُوبٌ إِلَيْهِ ، وَفِي سُنَن أَبِي دَاوُدَ أَنَّ
رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَدَبَ إِلَى الصَّوْم مِنْ الْأَشْهُر
الْحُرُم ، وَرَجَب أَحَدهَا . وَاَللَّهُ أَعْلَمُ .
-شرح
النووي على مسلم ـ مشكول - (4 / 161(
BAB PUASANYA NABI SAW DILUAR BULAN
RAMADHAN
DAN ANJURAN TIDAK MENGOSONGKAN BULAN DARI
BERPUASA
“Di dalamnya adalah hadis ‘Aisyah RA ( sesungguhnya Nabi SAW tidak pernah
berpuasa selama sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan dan beliau belum
pernah berbuka (tidak berpuasa) selama satu bulan penuh sehingga ada di
antaranya yang beliau isi dengan berpuasa). Didalam satu riwayat. (beliau
berpuasa sebagiannya). Dalam riwayat lain (Beliau berpuasa beberapa hari hingga
kami mengira bahwa beliau akan puasa terus. Dan beliau berbuka beberapa hari
hingga kami mengira beliau akan berbuka terus.) dalam riwayat lain :( Sudah
biasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa beberapa hari, hingga
kami mengira bahwa beliau akan berpuasa terus. Namun beliau juga biasa berbuka
(tidak puasa) beberapa hari hingga kami mengira bahwa beliau akan tidak puasa
terus. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menyempurnakan puasanya sebulan penuh, yang lebih banyak daripada puasanya
ketika bulan Sya'ban.) dalam riwayat lain : ( Beliau berpuasa penuh dibulan
Sya’ban dan Beliau berpuasa pada bulan Sya'ban hingga sisa harinya tinggal
sedikit.)
Di dalam hadis-hadis tersebut terdapat pengertian bahwasanya
dianjurkan supaya tidak mengosongkan bulan dari berpuasa. Dan di dalam
hadis-hadis tersebut terdapat pengertian juga bahwa berpuasa sunnah tidak
dikhususkan dengan waktu yang ditentukan, akan tetapi sepanjang tahun merupakan
hal yang baik untuk berpuasa kecuali Ramadhan, Hariraya dan Hari Tasyriq.
(……………………………………………………………………………………………. )
“Dan sabda Nabi SAW ( lakukanlah amal ibadah
sesui dengan kemampuanmu !…) sampai akhir hadis. Hadis ini sudah lebih dahulu
ada syarah dan penjelasannya secara gamblang dalam kitab As Shalat, sebelum
kitab Al Qira’ah dan hadis-hadis Al Qur’an.(* kalimat ini tidak tercantum dalam
maktabah syamilah).
Perkataan beliau ( Aku bertanya keapada Sa’id bin Zubair tentang
puasa Rajab : lalu beliau berkata : aku mendengar Ibnu Abbas berkata :
Rasulullah SAW berpuasa sehingga kami mengira beliau tidak pernah berbuka. Dan
beliau berbuka sehingga kami mengira beliau tidak berpuasa).
Pengertian dzahir dari maksud istidlal Sa’id bin Zubair bahwasanya
tidak ada larangan Berpuasa rajab dan tidak pula disunahkan karena kondisinya.
Namun hukumnya sama dengan bulan-bulan yang lain. Dan tidak ada ketetapan larangan
berpuasa Rajab dan tidak pula ketetapan Sunah karena kondisinya. Akan tetapi
asal Puasa adalah disunnahkan. Di dalam Sunan Abu Daud diriwayatkan bahwasanya
Rasulullah SAW menganjurkan berpuasa di bulan-bulan Haram, dan Rajab termasuk
salah satunya. Wallahu A’lam.( Syarah Sahih Muslim, An Nawawi, DH, juz 4, Hal.
294-295)
Penjelasan imam An Nawawi di atas berkenaan dengan puasa Rajab juga
dikutip oleh Al ‘AllamahAbu Toyyib Muhammad Syamsul Haq Al ‘Adzim Abadi dalam
‘Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abu Daud ketika
menjelaskan tentang hadis Puasa Rajab.
PENDAPAT PARA FUQAHA’
Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan Juz I halaman 237 :
الفصل الثالث
في التطوع بالصيام وترتيب الأوراد فيه
اعلم أن استحباب الصوم يتأكد في الأيام الفاضلة وفواضل
الأيام بعضها يوجد في كل سنة وبعضها يوجد في كل شهر وبعضها في كل أسبوع . أما في السنة بعد أيام
رمضان فيوم عرفة ويوم عاشوراء والعشر الأول من ذي الحجة والعشر الأول من المحرم
وجميع الأشهر الحرم مظان الصوم وهي أوقات فاضلة وكان رسول الله صلى الله عليه و
سلم يكثر صوم شعبان حتى كان يظن أنه في رمضان // )حديث كان يكثر صيام شعبان الحديث متفق عليه من حديث عائشة (// وفي الخبر أفضل الصيام بعد شهر رمضان شهر الله المحرم //) حديث أفضل الصيام بعد شهر
رمضان شهر الله المحرم أخرجه مسلم من حديث أبي هريرة (// لأنه ابتداء السنة
فبناؤها على الخير أحب وأرجى لدوام بركته . وقال صلى الله عليه و
سلم صوم يوم من شهر حرام أفضل من ثلاثين من غيره وصوم يوم من رمضان أفضل من ثلاثين
من شهر حرام //) حديث صوم يوم من شهر حرام
أفضل من صوم ثلاثين الحديث لم أجده هكذا وفي المعجم الصغير للطبراني من حديث ابن
عباس من صام يوما من المحرم فله بكل يوم ثلاثون يوما( //
وفي الحديث من صام ثلاثة أيام من شهر حرام
الخميس والجمعة والسبت كتب الله له بكل يوم عبادة تسعمائة عام // حديث من صام ثلاثة أيام من شهر حرام الخميس والجمعة والسبت الحديث
أخرجه الأزدي في الضعفاء من حديث أنس //
وفي الخبر إذا كان النصف من شعبان فلا صوم حتى رمضان
// حديث إذا كان النصف من شعبان فلا صوم حتى رمضان أخرجه الأربعة من
حديث أبي هريرة وابن حبان في صحيحه عنه إذا كان النصف من شعبان فأفطروا حتى يجيء
رمضان وصححه الترمذي // ولهذا يستحب أن يفطر قبل
رمضان أياما فإن وصل شعبان برمضان فجائز //
حديث وصل شعبان برمضان مرة أخرجه الأربعة من حديث أم سلمة لم يكن يصوم من السنة
شهرا تاما إلا شعبان يصل به رمضان وأخرج أبو داود والنسائي نحوه من حديث عائشة // فعل ذلك رسول الله صلى الله عليه و سلم مرة وفصل مرارا كثيرة // حديث فصل شعبان من رمضان مرارا أخرجه أبو داود من حديث عائشة قالت
كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يتحفظ من هلال شعبان ما لا يتحفظ من غيره فإن
غم عليه عد ثلاثين يوما ثم صام وأخرجه الدارقطني وقال إسناده صحيح والحاكم وقال
صحيح على شرط الشيخين // ولا يجوز أن يقصد
استقبال رمضان بيومين أو ثلاثة إلا أن يوافق وردا له وكره بعض الصحابة أن يصام رجب
كله حتى لا يضاهي بشهر رمضان فالأشهر
الفاضلة ذو الحجة والمحرم ورجب وشعبان
والأشهر الحرم ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب واحد فرد وثلاثة سرد وأفضلها ذو الحجة لأن فيه الحج والأيام
المعلومات والمعدودات وذو القعدة من الأشهر الحرم وهو من أشهر الحج وشوال من أشهر
الحج وليس من الحرم والمحرم ورجب ليسا من أشهر الحج وفي الخبر ما من أيام العمل
فيهن أفضل وأحب إلى الله عز و جل من أيام عشر ذي الحجة إن صوم يوم منه يعدل صيام
سنة وقيام ليلة منه تعدل قيام ليلة القدر قيل ولا الجهاد في سبيل الله تعالى قال
ولا الجهاد في سبيل الله عز و جل إلا من عقر جواده وأهريق دمه // حديث ما من أيام العمل فيهن أفضل وأحب إلى الله من عشر ذي الحجة الحديث
أخرجه الترمذي وابن ماجه من حديث أبي هريرة دون قوله قيل ولا الجهاد الخ وعند
البخاري من حديث ابن عباس ما العمل في أيام أفضل من العمل في هذا العشر قالوا ولا
الجهاد قال ولا الجهاد إلا رجل خرج يخاطر بنفسه وماله فلم يرجع بشيء //
FASAL KETIGA : BERBUAT KESUNNAHAN DENGAN
BERPUASA
DAN MENYUSUN WIRID-WIRID DI DI DALAMNYA
Ketahuilah bahwa kesunnahan berpuasa bertambah kuat pada hari-hari
yang utama. Keutamaan-keutamaan hari, sebagiannya dapat diperoleh pada setiap
tahun, sebagian pada setiap bulan dan sebegian pada setiap minggu. Adapun pada
setiap tahun setelah hari-hari Ramadhan adalah hari ‘Arafah , hari Asyura’,
sepuluh hari awal Dzul Hijjah dan sepuluh Hari awal Muharram. Semua bulan Haram
diyaqini untuk waktu berpuasa yaitu waktu-waktu yang utama………………….(sampai
penjelasan)…sebagian sahabat benci jika berpuasa penuh dibulan Rajab sehingga
tidak menyerupai bulan Ramadhan. Bulan-bulan yang utama adalah Dzul Hijjah,
Muharram, Rajab dan Sya’ban. Dan bulan-bulan Haram adalah Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan
Rajab. Satu menyendiri dan yang tiga berurutan……..(sampai akhir penjelasan).
Imam Taqiyuddin Abi Bakar bin Muhammad Al Husaini Al Hashni al
Dimasyqi As Syafi’I (ulama abad 9 H) menjelaskan di dalam Kifayatul Akhyar. Juz
I halaman 174 :
ويستحب صوم عشر ذي الحجة والصوم من آخر
كل شهر وأفضل الأشهر للصوم بعد رمضان الأشهر الحرم وهي ذي القعدة وذو الحجة ورجب
والمحرم وأفضلها المحرم ويليه في الفضيلة شعبان وقال الروياني رجب قال النووي وليس
الأمر كما قال والله أعلم
“Disunnahkan berpuasa sepuluh hari awal Dzul Hijjah dan
berpuasa pada sebagian akhir setiap bulan. Bulan-bulan yang paling utama untuk
berpuasa setelah Ramadhan adalah bulan-bulan Haram yaitu Dzul Qo’dah, Dzul
Hijjah, Rajab dan Muharram, dan yang paling utama adalah Muharram kemudian
Sya’ban. Ar Ruyyani berpendapat : Rajab yang paling utama. An Nawawi
berpendapat : masalahanya bukan seperti yang dikatakan Ar Ruyyani. Wallahu
a’lam.”
Syaikh Zainudin bin Abdul Aziz Al Malibari Al fanani
menjelaskan di dalam kitab Fatul Mu’in Syarah Qurratul’ain bimuhimmatiddin.
أفضل الشهور للصوم بعد
رمضان الأشهر الحرم وأفضلها المحرم ثم رجب ثم الحجة ثم القعدة ثم شهر شعبان وصوم تسع ذي الحجة أفضل من صوم عشر المحرم
اللذين يندب صومهما
“Bulan-bulan yang paling utama
untuk berpuasa setelah Ramadhan adalah bulan-bulan Haram, dan yang paling utama
adalah Muharram, lalu Rajab, lalu Dzul Hijjah dan Dzul Qo’dah, kemudian bulan
Sya’ban, dan Sembilan hari Dzul Hijjah lebih utama dari berpuasa sepuluh awal
Muharram, dan kedua-duanya disunahkan berpuasa.”
Kemudian Al Allamah Abi Bakr yang
dikenal dengan As Sayyid al Bakr Ibnu Sayyid Muhammad Syatha’ Ad Dimyati
memberikan penjelasan lebih luas dalam kitab Hasiyah I’anatuh At Thalibin juz 2
halaman 307.
(قوله: الاشهر الحرم) هي
أربعة: ثلاثة منها سرد، وهي ذو القعدة وذو الحجة ومحرم، وواحد منها فرد وهو
رجب.وإنما كان الصوم فيها أفضل، لخبر أبي
داود وغيره: صم من الحرم واترك، صم من الحرم واترك، صم من الحرم
واترك. وإنما أمر المخاطب بالترك لانه كان يشق عليه إكثار الصوم، كما جاء
التصريح به في الخبر.أما من لا يشق عليه، فصوم جميعها له فضيلة.اه.
(perkataan beliau Bulan-bulan
Haram) yaitu ada empat : yang tiga bagian berurutan yaitu Dzul Qo’dah, Dzul
Hijjah dan Muharram. Dan yang satu sendiri yaitu Rajab. Hanya di bulan Haram
paling utama berpuasa hal itu berdasarkan khabar dari Abu daud dan yang lainnya
: berpuasalah kalian sebagian dari bulan Haram dan tinggalkan, dan berpuasalah
kalian sebagian dari bulan Haram dan tinggalkan, dan berpuasalah kalian
sebagian dari bulan Haram dan tinggalkan. Perintah pembicara untuk meninggalkan
puasa dikarenakan akan memberatkannya jika memperbanyak puasa, sebagaimana
sudah ada penjelasannya di dalam hadis. Adapun orang yang tidak merasa berat,
maka berpuasa sebulan penuh adalah merupakan keutamaan. (Sampai akhir
keterangan).
Demikian penjelasan para ulama berkenaan
dengan Keutamaan Puasa rajab. Adapun mengenai otoritas Hadis Dha’if dalam
landasan beramal karena ada sebagian hadis-hadis yang dinilai sebagai hadis
Dha’if walaupun itu masih mungkin untuk diteliti kembali dan juga tidak memiliki
pengaruh, maka belum sempat saya bahas disini, namun silahkan merujuk kepada
kitab-kitab Ulumul Hadis tentang perbedaan pendapat para ulama serta pendapat
Jumhur (mayoritas) ulama dan ahli hadis yang menerimanya dengan beberapa
syarat. Dan puasa Rajab ini cukup jelas dalilnya. Wallahu A’lam.
Ciputat, 9 Juni 2012
Muhammad Muallif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar